JAKARTA, HOLOPIS.COM – Salah satu yang menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia adalah banyaknya tingkat kelulusan perguruan tinggi yang dibarengi dengan masifnya angka pengangguran.
Berdasarkan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat lulusan S1 sampai S3 tahun 2021 adalah 17,06 juta atau 8,31 persen dari total penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Sementara BPS juga mencatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8.746.008 orang pada Februari 2021. Jumlahnya meningkat 26,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan angka pengangguran ini disebabkan oleh hantaman pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020 silam. Ditambah lagi angka kelulusan tingkat sekolah juga sangat tinggi.
Mayoritas pengangguran terbuka Indonesia adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau Sekolah Menengah Umum (SMU). Jumlahnya mencapai 2.305.093 orang hingga Februari 2021. Sementara itu, SLTA Kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengikuti dengan 2.089.137 orang menganggur.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tepat di bawahnya sebab masih ada 1.515.089 orang tak bekerja. Jumlah pengangguran paling kecil berasal dari kalangan yang tidak atau belum pernah sekolah. Kelompok itu menyumbang 20.461 orang.
Mendapati angka tersebut, tampaknya sudah menjadi desakan agar ada kesadaran kolektif bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi mereka yang menjadi alumni perguruan tinggi untuk menciptakan lapangan kerja sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
Hal inilah yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy. Ia sangat berharap para lulusan perguruan tinggi menciptakan lapangan kerja untuk menyerap tenaga kerja muda ini sekaligus sebagai ajang untuk merampingkan jumlah pengangguran di Indonesia.
“Untuk itu perlu terus di dorong betul para mahasiswa untuk memasuki dunia usaha baik skala mikro maupun menengah ataupun kecil untuk bisa dirintis dan ditekuni,” kata Muhajir di Jakarta, Sabtu (23/10).
Muhadjir mengatakan, meskipun terbuka kesempatan untuk menjadi pegawai negeri sipil atau bekerja di perusahaan, dia berharap para alumni perguruan tinggi ini mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Ia menjelaskan saat ini industri start up begitu banyak peluang untuk berkembang dan banyak fasilitas yang diberikan oleh pemerintah baik dalam bentuk uang maupun pembinaan untuk mengembangkan industri tersebut.
“Skema-skema pelatihan yang dijadikan sasaran adalah mahasiswa dan para alumni,” tuturnya.