BAUBAU, HOLOPIS.COM – Sebanyak 1.449 peserta aktif mengikuti Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” secara virtual di Baubau, Sulawesi Tenggara (22/10). Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo.

Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi, dan pada program ini juga bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Buton. Tema yang dibahas adalah “Menjadi Pendidik yang Cerdas dan Cakap Digital”.

Empat orang narasumber tampil dalam seminar kali ini. Masing-masing yakni, pendidik, Acoci; pengajar Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Buton, Ansar Suherman; kreator konten, Tofan Stofiana; serta pendidik, Nastia. Sedangkan moderator yaitu Rosniawanti. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Berikutnya, hadir Rektor Universitas Muhammadiyah Buton, Wa Ode Al Zarliani, selaku pembicara kunci. Ia mengatakan, pendidik memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat, siswa, dan mahasiswa dalam menggunakan internet secara bijak. “Mari menjalankan peran masing-masing, pemerintah bertugas memberikan layanan dan jaringan, kita sebagai pendidik harus melahirkan talenta-talenta digital,” pesannya.

Beranjak ke sesi materi, Acoci sebagai narasumber pertama, menyampaikan tema “Kemampuan Literasi Digital yang Wajib Dimiliki Guru Generasi Alpha”. Menurut dia, terdapat delapan komponen terkait kecerdasan digital yang penting untuk dimiliki tenaga pendidik. Masing-masing yaitu, pemahaman tentang identitas digital, perangkat, keselamatan, keamanan, kecerdasan emosional, komunikasi, literasi, serta hak dan kekayaan intelektual. “Semakin tinggi hard skill dan soft skill, maka semakin diminati perusahaan dan punya nilai tawar yang tinggi,” ujarnya.

Selanjutnya, Ansar Suherman menyampaikan paparan berjudul “Internet Aman untuk Anak”. Ia mengatakan, contoh perilaku perundungan siber, di antaranya penyebaran konten memalukan, ancaman, pengucilan, serta pemaksaan percakapan yang sensual. Orang tua dan guru punya peran penting dalam menanamkan nilai kehidupan, spiritual, dan adab untuk menghadapi tantangan negatif di dunia digital. “Internet bisa menjadi alat bantu untuk mencapai cita-cita, namun juga berisiko negatif jika tidak cerdas menggunakannya,” tutur dia.

Pemateri ketiga, Tofan Stofiana, memaparkan materi bertema “Budaya Generasi Digital dalam Pembelajaran”. Menurut dia, generasi digital merupakan orang-orang yang tumbuh dengan kemudahan akses dan teknologi informasi, bahkan menjadikannya sebagai kebutuhan primer. Karakter mereka adalah menuntut kebebasan, ekspresif di media sosial, memilih komunikasi dua arah, membutuhkan kecepatan tinggi, suka berbagi dan kolaborasi, serta memiliki banyak sumber belajar. Untuk antisipasi paparan negatif, orang tua harus membatasi pemakaian gawai sesuai usia anak, mengedukasi manfaat internet, serta membangun keterikatan dengan keluarga. “Buat juga aktivitas yang menyenangkan bersama anak,” imbuhnya.

Nastia, sebagai narasumber terakhir, menyampaikan paparan berjudul “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”. Ia mengatakan, jejak digital adalah jejak data yang dibuat dan ditinggalkan ketika menggunakan perangkat digital, seperti unggahan di media sosial, hasil penelusuran di mesin pencari, tontonan, jual beli, jalur ojek, laman yang dikunjungi, serta aplikasi yang telah diunduh.

Adapun langkah-langkah pengasuhan orang tua terhadap anak, di antaranya menjaga komunikasi, membekali pemahaman digital, gunakan aplikasi parental control, membuat aturan bersama, serta menjadi teman di media sosial. “Jadilah teladan digital yang baik,” kata dia.

Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Rosniawanti. Para peserta tampak antusias dan mengirimkan banyak pertanyaan. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu peserta, Sheila Mekuwu, bertanya tentang upaya yang dapat dilakukan ketika mengalami perundungan di internet. Menanggapi hal tersebut, Ansar Suherman menyarankan untuk berbicara dengan orang yang dipercaya, seperti orang tua atau guru terkait kasus perundungan yang sedang dialami.

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, silakan kunjungi https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.