JAKARTA, HOLOPIS.COMPendiri Animal Defenders, Doni Herdaru Tona menilai bahwa kebun binatang sejatinya bukan habitat yang tepat bagi para satwa. Hal ini dikatakannya untuk menyoriti banyaknya binatang yang stres selama di dalam kebun binatang.

“Bagaimana rasanya kita dicomot dari habibat kita. Ditaruh di dalam kamar dibuatkan puncak-puncak kecil tapi kita nggak bisa kemana-mana, tentu kita nggak mau,” kata Doni dalam podcast RuangTamu Holopis di peringatan Hari Hak Asasi Binatang Internasional dengan tema “Binatang Juga Punya Hak”, Jumat (15/10).

Ia meminta agar para pengelola kebun binatang lebih mengedepankan aspek hak para binatang, yakni aspek pangan dan minumannya, aspek kandang yang layak sesuai habitat aslinya. Jika tidak, sebaiknya tidak memaksakan pengelolaan satwa di kebun binatang tersebut.

“Yang terjadi di kebun binatang itu eksposur yang dibuat oleh manusia, ukuran kandang hanya menurut manusia, tapi mereka (satwa -red) merasa terganggung habibatnya. Alangkah baiknya kebun binatang punya acuan, kalau areanya kurang luas tidak perlu memaksakan membuat kandang,” ujarnya.

Ia berpikir positif bahwa para pengelola kebun binatang yang tergabung di dalam Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) sudah memiliki standarisasi kandang untuk menampung satwa. Namun faktanya, di beberapa kebun binatang justru ditemukan adanya satwa stres dan kurus.

“Saya yakin teman-teman PKBSI punya acuan, tapi faktanya banyak binatang yang stres. Kebun binatang memang bukan tempat ideal. Jangan buat binatang stres dan tidak bisa ekspresikan tempat naturalnya mereka,” tuturnya.

Pada dasarnya, ia tak ingin satwa diperlakukan tidak layak. Jika memang ingin mengelola dan memeliharanya, pastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi dengan baik.

“Solusinya jangan korbankan mereka, tapi bagaimana kita bisa mengelola kesejahteraan mereka,” tegasnya.