JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di beberapa sekolah yang ada di Indonesia sudah terlaksana sejak bulan Agustus 2021. Sayangnya, pelaksanaan yang diterapkan dari masing-masing sekolah sangat berbeda kebijakannya. Ada yang menerapkan dengan cara pembagian kelas menjadi dua waktu, dan ada pula yang pergantiannya dilakukan setiap minggu.

Salah seorang siswi di salah satu sekolah swasta Jakarta, Anindita Putri mengatakan, bahwa tempatnya menuntut ilmu telah melakukan PTM secara bergantian pada tiap minggunya.

“Kalau di sekolahanku Pembelajaran Tatap Muka sudah berjalan sejak 13 Agustus, tetapi untuk kelas XI baru 2 kali pertemuan khususnya kelasku, dan di sekolah pun penerapannya secara bergantian antara kelas XII dan kelas X,” kata Anin kepada Holopis.com, Selasa (12/10).

Kemudian, Anin juga mengakui bahwa banyak pelajar yang masih ketinggalan khususnya pada materi yang telah diberikan oleh guru selama pembelajaran daring sebelumnya. Akan tetapi ia menilai banyak cara untuk bisa mengejar ketertinggalannya itu.

Anin pun memberikan salah satu metode pembelajarannya di rumah dan di luar jadwal guru mengajar. Salah satunya adalah dengan memperkaya materi dengan memperkaya literasi materi pelajaran dengan bantuan internet.

“Biasanya yang aku lakukan kalau kurang tahu terkait materi yang sudah diberikan, aku cari materi tersebut dari sumber-sumber yang ada di internet, mungkin bisa nonton youtube kalau tidak mengerti pelajaran matematika,” ujarnya.

Dari metode yang diterapkannya itu, Anin merasa sangat terbantu dalam kendala-kendala yang ada, khususnya soal memahami materi pembelajaran yang diberikan guru.

Adaptasi kebiasaan baru saat PTM

PTM pertama ini setelah setahun daring, banyak sekali persiapan yang harus disiapkan. Mulai dari persiapan fisik hingga psikisnya. Apalagi sudah lama interaksi sosial di sekolah tak dirasakan karena pembatasan-pembatasan kegiatan sosial yang diberlakukan pemerintah untuk meminimalisir penularan virus Covid-19.

Salah satu persiapan yang paling utama adalah persiapan protokol kesehatan. Anin mengatakan bahwa ia ingin memastikan dirinya benar-benar terjaga agar tidak tertular virus, apalagi saat ini wabah pandemi pun belum berakhir di Indonesia.

Di dalam tasnya, Anin memastikan perlengkapan utama mulai hand sanitizer hingga masker cadangan selalu tersedia.

“Anin saat PTM benar-benar menyiapkan apapun dari rumah, seperti bekal makanan, membawa masker cadangan, hand sanitizer, face shield, sabun cuci tangan dan lainnya yang menunjang kebersihan diriku sendiri,” tuturnya.

Jangan UN dulu

Dalam kesempatan lain, salah satu siswi di salah satu SMA Negeri di Jakarta Barat, Manzillah menyampaikan harapannya kepada pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan nasional, agar tidak menyelenggarakan ujian nasional (UN) dalam waktu dekat.

Hal ini disampaikan Manzillah, bahwa sebagian dari pelajar yang ada di Indonesia sangat kesulitan dalam memahami materi yang ada, khususnya pelajar yang ada di bangku kelas XII atau pelajar yang akan menghadapi Ujian Nasional (UN).

“Kalau untuk pelaksanaan UN jangan dulu tatap muka, karena masih banyak materi yang belum dipahami, lebih baik seperti tahun lalu yang menghapus UN diganti dengan Ujian Sekolah lalu dikerjakannya di rumah,” kata Manzillah.

Kemudian kata Manzillah, para pelajar Indonesia masih perlu beradaptasi lama, karena mereka baru saja keluar dari zona nyaman yang sudah satu tahun lamanya mereka lakukan, yakni belajar dari rumah dengan berbagai keterbatasan.

Salah satu yang ia ingin diperhatikan adalah soal dukungan psikis. Tujuannya agar para pelajar bisa mengontrol mentalitasnya dengan kondisi lingkungan terbaru.

Tidak hanya dari pihak sekolah saja, dukungan psikis ini pun diharapkannya bisa dilakukan oleh para orang tua.

“(Dukungan psikis) sangat wajib diberikan kepada semua pelajar khususnya dari kedua orang tua,” harapnya.