JAKARTA, HOLOPIS.COM Isu kesehatan mental atau mental health issue memang belum menjadi bahan pembahasan yang kurang populer di Indonesia. Padahal persoalan gangguan kesehatan mental adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Jika tidak ditangani dengan baik, dampaknya pun bisa sangat buruk.

Salah satu isu kesehatan mental adalah psikosomatis. Isu ini diangkat kembali oleh dokter muda sekaligus influencer, dr Tirta Mandira Hudhi. Lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menilai isu ini penting untuk diangkat agar banyak orang mengetahui kondisi spikologis seseorang yang bisa berdampak pada kesehatan fisik juga.

“Psikosomatis, itu gejala yang umum terjadi di anak muda dan terutama cewek dan ibu-ibu,” kata dr Tirta dalam video di channel Youtubenya dikutip oleh Holopis.com, Selasa (12/10).

Lantas apa itu psikosomatis ?

Psikosomatis adalah sebuah hubungan antara pemikiran atau psikis seseorang yang bisa memengaruhi kondisi tubuh atau sebaliknya. Sumber dari kondisi psikosomatis ini adalah karena adanya depresi dan kecemasan pada seseorang.

Untuk persoalan depresi sendiri, sebenarnya bisa dibagi menjadi dua kategori, yakni depresi minor dan mayor. Pada gejala minor, pengidap depresi bisa dilakukan dengan terapi psikoterapi. Sementara untuk gejala mayor maka akan ditangani dengan pendekatan obat penunjang.

Kemudian psikosomatis ini juga bisa terjadi karena perasaan sedang mengalami kecemasan baik sifatnya yang positif maupun yang negatif. Contoh cemas yang positif adalah ketika akan melakukan ujian kemudian dengan adanya kecemasan akan termotivasi untuk belajar. Sementara untuk kecemasan dalam kategori negatif misalnya, merasa cemas sendiri pada sesuatu namun sebenarnya itu hanya halusinasi semata, akan tetapi responnya biasanya terlalu berlebihan dan mendramatisir.

dr Tirta pun memberikan salah satu contoh kondisi psikosomatis yang kerap terjadi di masyarakat, salah satunya dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti dewasa ini.

“Dia mendengar berita panik covid, dia takut mati akhirnya kepikiran ditambah beban kerja. Karena kepikiran (maka) hormon stresnya naik, terjadi unstability hormon di dalam tubuh manusia. Aktifitas saraf simpatis jadi meningkat. Orang psikosomatis ini kalau diperiksa normal, dia sampai stres tapi saya itu sakit dok, tapi normal anda,” paparnya.

Biasanya, gejala psikosomatis ini akan membuat pengidapnya merasa sakit atau mengalami gangguang fungsi tubuh. Namun saat dilakukan pemerisaan tidak ada keanehan yang terjadi di dalam tubuh. Gejala gangguan fungsi tubuh ini biasanya meliputi antara lain ; jantung terasa berdebar, sesak nafas, lemas, nyeri di ulu hati, tidak ada nafsu makan, susah tidur, nyeri kepala dan seluruh tubuh, demam, batuk dan pilek.

Penanganan pengidap psikosomatis

Untuk menangani pengidap psikosomatis, sebenarnya bisa diterapi dari diri sendiri. Mengajaknya untuk sharing dengan tidak memberikan ceramah berlebihan adalah pilihan terbaik untuk membantu penanganan pengidap penyakit mental ini.

“Orang-orang dengan gejala psikosomatis itu cuma pengen didenger,” kata Tirta.

Bagi pengidap, sebaiknya memulainya dengan mengubah pola pikir apapun yang sebelumnya negarif menjadi pemikiran yang positif.