JAKARTA, HOLOPIS.COM Pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Margaretha menyebut bahwa persoalan kesehatan mental tidak melulu membahas tentang penyakit. Ada lebih banyak spektrum yang bisa diangkat ketika belajar memahami isu mental health ini.

Bahkan ia memberikan apresiasi kepada salah satu penyintas kelainan mental, Hana Madness. Ia mampu mengontrol kondisi psikisnya bahkan dapat survive dengan berbagai karya seninya yang mendunia itu.

“Kesehatan mental tidak melulu membahas penyakit, Hana ini contoh untuk menyuarakan kondisinya,” kata Nargaretha dalam talkshow RuangTamu Holopis Channel dengan tema ‘Deteksi Kesehatan Jiwa di Era Pandemi’, Senin (11/10).

Apa sih kesehatan mental itu, Margaretha menjelaskan bahwa seseorang dikatakan sehat mentalnya ketika mamiliki kemampuan untuk produktif dan mengaktualisasi diri serta mampu berkontribusi dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan sangat baik. Bagi mereka yang berada di situasi ini pasti memiliki potensi untuk mengalami stres maupun depresi tanpa melihat latar belakang profesinya, sehingga kondisi ini perlu diantisipasi dengan deteksi dini terhadap gangguan kesehatan mental.

“Ini bukan soal persoalan tidak adanya penyakit, tapi soal orang yang punya diagnosa stres sehari-harinya,” terang Margaretha.

Pada kondisi orang awam, gangguan kesehatan mental bisa muncul karena dua hal, yakni depresi dan stres. Situasi akan semakin parah ketika dua kondisi ini berlangsung secara bersamaan.

“Stres itu terjadi saat sel saraf kita meningkat, kalau depresi ini sel saraf kita sedang turun. Kalau keduanya terjadi bersama-sama, maka kita akan sulit beraktifitas, nggak mau sekolah, nggak mau makan, kalau sudah begitu kita harus lebih berbaik pada diri sendiri,” tuturnya.

Namun jika kondisi ini semakin parah dengan beberapa gejala, seperti tidak bisa tidur berhari-hari, maka penanganan medis perlu dilakukan secepat mungkin untuk melakukan diagnosa dan penanganan.

“Kalau sampai tidak bisa tidur berhari-hari, maka itu kita perlu ke psikiater untuk mendapatkan obat. Kepada mereka, jangan kasih komentar-komentar yang tidak baik, komentar yang mendukung sebaiknya ditahan dulu,” ucapnya.