JAKARTA, HOLOPIS.COM – Australia dikabarkan akan membeli paket obat antivirus eksperimental Merck & Co sebanyak 300.000.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan pada hari Selasa, Victoria mencatat jumlah infeksi COVID-19 harian tertinggi di Negara tersebut sejak pandemik dimulai.
Dilansir dari Reuters, para ahli menyakatan bahwa Molnupiravir merupakan jenis obat yang akan menjadi antivirus oral pertama untuk penanganan COVID-19. Jika mendapatkan persetujuan, kemungkinan besar obat tersebut dapat berpengaruh terhadap pengurangan angka kematian atau dirawat di rumah sakit kepada orang yang paling berisiko tertular COVID-19 yang parah.
Perdana Menteri, Scott Morrison mengatakan kepada Nine News “ketika kita menyuntikkan berarti kita akan hidup dengan virus itu.”
Tujuan dari Australia adalah untuk membuka kembali perbatasannya bulan depan untuk warga negara yang divaksinasi penuh dan penduduk tetap.
Morrison berkata, Kapsul molnupiravir diminum dua kali sehari selama lima hari untuk pasien dewasa dan selama 10 hari.
Obat ini sangat diharapkan untuk secepatnya tersedia di Australia pada awal tahun depan, jika obat tersebut disetujui oleh regulator obat negara, ujar Morrison.
Negara lainnya seperti Korea Selatan, Thailand, Taiwan dan Malaysia juga mengatakan mereka sedang dalam pembicaraan untuk membeli pengobatan potensial, sementara Filipina sedang menjalankan uji coba obat tersebut.
Pada saat itu, Australia sangat meningkatkan vaksinasi di beberapa kota-kota besar, seperti Sydney dan Melbourne. Ibu kota Canberra menjalani lockdown selama berminggu-minggu untuk membasmi varian Delta yang sangat menular.
Sebanyak 1.763 infeksi baru dilaporkan telah masuk di Victoria, melebihi tertinggi harian pada sebelumnya.
Pada hari Senin, di ibu kota negara bagian Sydney, turun dari 623, dan tujuh kematian baru dicatat. Pada hari Selasa, Infeksi harian di beberapa titik turun ke level terendah dalam tujuh minggu di 608 kasus baru.
Dengan wabah Delta, Australia masih memiliki jumlah virus yang relative rendah, dengan sekitar 115.800 kasus yang tercatat. Total kematiannya pun hanya mencapai 1.357, angka tersebut lebih rendah dari pada tahun lalu karena inokulasinya yang lebih tinggi dari populasi yang lebih retan.