JAKARTA, HOLOPIS.COM – Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghadapi tekanan dari para pemberi donor untuk langsung menangani laporan terkait skandal pelecehan seksual yang terjadi di Kongo.
Lebih dari 80 pekerja bantuan yang dipekerjakan oleh WHO terlibat dalam kekerasan seksual saat epidemi Ebola di Kongo, demikian dikatakan oleh panitia independen dilansir dari Reuters.
Penelusuran yang dilakukan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Gheberyesus,diminta oleh Thomson Reuters Foundation, dan The New Humanitarian, dan ditemukan lebih dari 50 wanita menuduh para pekerja WHO dan agensi lainnya memaksa hubungan seksual agar para wanita diberi pekerjaan, dalam jangka waktu 2018 hingga 2020.
“Kami mengharapkan komitmen penuh dari WHO untuk mencegah dan mengatasi tindakan seperti itu, termasuk melalui reformasi mendasar kepada WHO,” kata misi Amerika Serikat untuk PBB di Jenewa atas nama Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Norwegia, dan Uni Eropa.
Negara-negara tersebut meminta WHO untuk mengakhiri kontrak para pelaku yang masih sebagai pekerja mereka.