“Banyak orang yang mengatakan mereka menghadapi hal serupa setelah menerima dosis kedua,” katanya, dilansir dari ABC News.
Meski demikian, mayoritas wanita hanya mengalami perubahan dalam jadwal menstruasinya hanya sekali saja.
Banyak kasus yang dilaporkan, Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), telah menyiapkan biaya sebesar 1.6 juta dollar (sekitar 22 miliar rupiah) untuk mempelajari kemungkinan hubungan antara vaksinasi dan perubahan jadwal menstruasi.
NIH akan mengumpulkan sebanyak 500,000 partisipan yang telah terlibat dalam studi klinis.
Direktur Laboratorium “the Clinical and Translational Pain” Dari Rumah Sakit McLean, Dr. Laura Payne akan melakukan penelitian terhadam remaja berusia 14-19 tahun mengenai apakah vaksin Covid-19 dapat merubah jadwal menstruasi.