JAKARTA, HOLOPIS.COM – Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan, bahwa ada pelajaran sangat berharga yang dia ambil dari sosok Prabowo Subianto.
Pelajaran penting adalah tentang rasa politik, di mana di dalam ranah politik tidak boleh melahirkan apalagi sampai merawat kebencian dan permusuhan.
“Saya bersyukur, dapat banyak pelajaran politik matang dan baik dari Pak Prabowo. Tidak boleh ada ruang untuk benci dan dendam dalam politik,” kata Dahnil, Jumat (10/9).
Karena dalam kancah politik, tujuannya harus diarahkan kepada upaya untuk membangun kepentingan bersama dalam konteks ruang berbangsa dan bernegara.
“Semua harus bekerja untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara,” ujarnya.
Sebuah dendam kata Dahnil, adalah rasa yang bisa menyakiti dan menyusahkan diri sendiri. Bahkan pada fase yang lebih luas, dendam akan membuat orang lain akan merasakan kesusahan.
“Dendam dan benci hanya akan menyakitkan diri, bahkan pada level selanjutnya akan merugikan banyak orang, merugikan kehidupan berbangsa dan negara,” imbuhnya.
Seharusnya kata Dahnil, kontestasi politik harus bermuara kepada pertarungan ide dan gagasan untuk kepentingan bangsa dan negara. Namun jika politik justru terkungkung di dalam ruang kebencian, saling memaki, menghina dan merusak satu sama lain, justru tujuan dalam berpolitik sudah keluar dari jalurnya.
Terlebih lagi, Dahnil juga menilai bahwa pertarungan gagasan dan ide yang terjadi di dalam ruang politik tidak seharusnya pula berlanjut di dalam ruang pribadi.
“Kritik, adu ide, adalah laku pertarungan di ruang publik sebagai sesama anak bangsa. Tapi, hubungan sebagai pribadi tidak boleh menyisa benci,” tuturnya.
Dahnil yang kini menjadi staf khusus bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar-lembaga Kementerian Pertahanan Republik Indonesia itu menyampaikan bagaimana sosok Prabowo Subianto menghadapi berbagai hinaan dan cercaan yang tak jarang dilontarkan oleh publik. Bahkan kata Dahnil, hinaan dan cercaan tersebut juga tak jarang dilakukan oleh para politisi yang berseberangan dengan Prabowo Subianto secara pribadi.
“Saya kenali satu persatu politisi-politisi yang berlawanan bahkan tidak jarang berkata kasar, menghina beliau di publik, tapi beliau tidak pernah menunjukkan sikap membenci, dan seringkali memaafkan dan tetap menjaga hubungan pribadi,” terangnya.
Kedewaan dan kematangan berpolitik Prabowo Subianto inilah yang akhirnya terus coba diteladani oleh Dahnil Anzar Simanjuntak. [MIB]