Usman juga menyebut, bahwa kelompok Taliban sedang menyisir siapa saja yang bekerja untuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) maupun pemerintah. Mendapati mereka melakukan sweeping, Usman langsung berkemas dan meninggalkan rumahnya.

“Ada tetangga yang mengatakan mereka mencari senjata, dokumen dan kendaraan. Mereka mencari tahu siapa yang bekerja untuk NATO ataupun pemerintahan. Aku langsung memakai baju dan kabur,” ujarnya.

Karena posisinya sebagai penerjemah untuk militer Inggris itu, ia yakin bahwa keselamatannya sangat terancam.

“Aku tahu aku pasti akan dibunuh. Tidak ada jalan lain (selain bersembunyi),” katanya.

Sayangnya, Usman tidak diizinkan memasuki wilayah Inggris meskipun sudah melengkapi semua dokumen persyaratannya.

“Kami tidak merasa aman. Kami sangat putus asa,” jelas Usman.

Sementara itu, Hashem, seorang penerjemah juga saat ini harus mengungsi di sebuah apartemen untuk berusaha menyelamatkan nyawanya dari kelompok Taliban tersebut.

“Saya bekerja untuk pasukan perantara, dan saya pikir pemerintahan AS dan Jerman akan membantu saya,” kata Hashem.

Untuk memastikan bahwa jejak dirinya sebagai penerjemah untuk Amerika dan Jerman di Afghanistan aman, ia harus memusnahkan seluruh dokumen yang menyematkan dirinya dengan latar belakang pekerjaannya itu.

“Aku harus menghancurkan semua dokumen saya. Saya memberanikan diri pergi ke bandara di Kabul. Seseorang dari Taliban pun menghampiri saya dan mengatakan telah ada berita palsu mengenai Amerika akan membawa pergi orang-orang,” paparnya.