SEJARAH, HOLOPIS.COM – Definisi Demokrasi yang sangat popular dicetuskan oleh Abraham Lincoln, yaitu “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Abraham Lincoln presiden Amerika Ke-16 yang Lahir di Kentucky, Amerika Serikat pada 12 Februari 1809. Ia adalah sosok tangguh di balik bersatunya bangsa Amerika Serikat saat terjadi perang saudara antara tahun 1861 hingga 1865. Meskipun pendidikannya terbatas hanya pada beberapa bulan di sekolah yang hanya punya 1 guru, Lincoln rajin membaca buku-buku seperti Alkitab, Pilgrim’s Progress, dan Weemss Life of Washington.
Pada 1847, ia terpilih menjadi anggota U.S. House of Representatives dan terkenal karena menentang Perang Meksiko dan perbudakan. Pada tahun 1856, Lincoln mencalonkan diri untuk Senat AS, tapi ia belum berhasil. Pada bulan Juli 1856, Lincoln yang merupakan seorang Republikan dinominasikan sebagai presiden pada pemungutan suara ketiga di konvensi di Chicago, dan kali ini beliau sukses memenangi perolehan suara. Lincoln tiba di Washington untuk diambil sumpahnya sebagai presiden negara ke-16 pada 4 Maret 1861.
Dalam pidato pertama pelantikannya, Lincoln mencoba membujuk kembali negara-negara bagian Selatan untuk bergabung ke Union, tapi setelah pemboman dari Fort Sumter pada April 12 beliau menyerukan 75.000 relawan untuk menekan “pemberontakan”. Lincoln melayangkan panggilan pada Kongres untuk bertemu pada tanggal 4 Juli 1861. Sejak saat itu sejarah pemerintahan Lincoln terus sejalan dengan Perang Sipil.
Sebagai panglima tertinggi, Lincoln menunjukkan bakat yang mengejutkan dalam merancang strategi militer. Disamping masalah kenegaraan, Lincoln juga mengalami banyak tekanan dalam rumah tangganya. Putranya, Willie, meninggal pada tahun 1862 dalam usia 12 tahun. Tapi dia adalah seorang pemimpin yang luar biasa, teguh dalam tujuannya untuk mengembalikan dan melestarikan Union, dan juga dikenal akan kepiawaiannya sebagai pembicara publik. Lincoln pun juga menunjukkan pemahaman yang mengagumkan tentang urusan luar negeri, dengan cerdik beliau dapat menghindari perang dengan Inggris Raya di Trent Affair dan memenangkan goodwill Eropa dengan Emancipation Proclamation-nya. Mengenai urusan dalam negeri, Homestead Act tahun 1862 adalah prestasi yang paling menonjol dari masa pemerintahannya, hingga berujung pada tanggal 9 April 1865, ketika Perang Sipil berakhir.
Karakter Lincoln yang luwes dan cinta kemanusiaan ditunjukkan melalui kebijakan rekonsiliasi dengan Korea Selatan, seperti yang diungkapkan dalam pidato pelantikannya yang kedua, pada tanggal 4 Maret 1865, di mana beliau berbicara tentang “tidak ada kekejaman bagi siapapun” dan “kasih sayang untuk semua.” Kematian Lincoln beberapa minggu kemudian, pada tanggal 15 April 1865, tidak hanya menghentikan kehidupan seorang pria, tapi juga menghentikan sementara penyatuan Amerika Serikat.
Merangkul Lawan Politik Ala Lincoln
Cara kerja politik dan pemikiran Lincoln yang monarik adalah ketika ia merangkul lawan politiknya, untuk bergabung dalam pemerintahan. Presiden Abraham Lincoln menunjuk semua mantan pesaingnya dalam bursa capres AS dari Partai Republik pada 1860 (1860 Republican National Convention) sebagai anggota kabinetnya. Mereka adalah: William Seward sebagai Menteri Luar Negeri; Salmon Chase sebagai Menteri Keuangan, dan Edward Bates sebagai Jaksa Agung.
Lincoln kemudian juga melakukan langkah bipartisan, dengan menunjuk politikus Partai Demokrat yang beroposisi, Edwin Stanton, untuk menduduki kursi paling ‘panas’ dalam kabinetnya yang tengah menghadapi Perang Saudara; Menteri Perang.
“Penjelasan Lincoln kala itu adalah, bahwa mereka merupakan orang terkuat di negara. Ia berkomitmen, pada saat genting (AS saat itu tengah dilanda Perang Saudara), negara membutuhkan orang-orang kuat, dan ia tidak bisa mengabaikan talenta mereka,” kata Doris Kearns Goodwin sejarawan dan penulis buku ‘Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln’ dikutip dari artikel yang ditulis oleh Ellen Fried untuk situs resmi Badan Arsip Nasional AS archives.gov, Kamis (24/10/2019).
“Dengan menempatkan rivalnya dalam kabinet, Lincoln jadi memiliki banyak opsi dan opini, yang ia sadari mampu mempertajam cara berpikirnya sendiri. Itu juga memberikannya cara untuk menampung semua opini bertentangan dalam satu wadah … jadi, memiliki semua opini itu dalam kabinetnya tak hanya membantu dirinya sendiri, itu turut membantu negara,” lanjut Goodwin.