Di Skadron Udara 15 lah para penerbang jet tempur masa depan Indonesia akan berlatih untuk menjadi seorang penerbang yang andal, mumpuni, profesional, dan adaptif. Letkol Pnb Gultom juga menyebut Skadron 15 sebagai ‘bridge’ dan awal bagi para penerbang pesawat tempur,seperti pesawat tempur Sukhoi ataupun F-16. Para calon penerbang pesawat tempur akan mendapat pelatihan dan pembekalan yang dirancang dalam sebuah program pendidikan Kursus Pengenalan Terbang Pesawat Tempur (KPTPT).
“Melalui KPTPT, mereka akan mendapat kesempatan untuk beradaptasi dengan pesawat jet tempur, bagaimana kita bisa bersikap sebagai seorang fighter, dan pelatihan mengenai dasar-dasar ilmu penerbangan yang berhubungan dengan fighter. Hal-hal tersebut harus dipahami disini (Skadron Udara 15),” jelas Danskadron 15.
Lamanya masa pendidikan yang harus ditempuh oleh seorang penerbang pesawat tempur yaitu paling lama satu tahun. Mereka akan mendapatkan rata-rata 30 jam terbang.
“Dengan 30 jam terbang itu diharapkan mereka dapat memiliki basic fundamental knowledge of fighters, sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana karakteristik terbang dengan menggunakan pesawat tempur dan bagaimana mereka dapat catch up dengan aturan-aturan dasar pesawat tempur. Setelah itu, nantinya mereka akan mempelajari hal-hal yang bersifat advanced di satuan mereka masing-masing,” ungkap Letkol Pnb Gultom.
Selama proses pendidikan, para calon penerbang pesawat tempur berlatih dengan menggunakan pesawat T-50i Golden Eagle yang dioperasikan oleh Skadron Udara 15. Pesawat tempur ini telah menjadi bagian dari kekuatan pertahanan udara Lanud Iswahjudi sejak September 2013.