Para pendukung konvensi dan undang-undang terkait pun mengatakan diperlukannya implementasi yang lebih ketat.
Tetapi banyak kaum konservatif di Turki dan dari Partai AK yang berakar Islamis Erdogan, mengatakan perjanjian tersebutu merusak struktur keluarga yang melindungi masyarakat.
Beberapa juga melihat Konvensi itu mempromosikan homoseksualitas melalui prinsip non-diskriminasi atas dasar orientasi seksual.
“Penarikan negara kami dari konvensi, tidak akan menyebabkan kekurangan hukum atau praktis dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan,” kata kantor Erdogan dalam sebuah pernyataan kepada pengadilan administrasi.
Pada bulan ini, Komisaris Dewan Eropa untuk Hak Asasi Manusia Dunja Mijatovic, mengirimkan surat kepada menteri dalam negeri dan kehakiman Turki, yang menyatakan keprihatinan mengenai meningkatnya narasi homofobia oleh beberapa pejabat, beberapa di antaranya yang menargetkan konvensi.
“Semua tindakan yang diatur oleh Konvensi Istanbul memperkuat fondasi dan hubungan keluarga dengan mencegah dan memerangi penyebab utama kehancuran keluarga, yaitu kekerasan,” katanya.
Amnesti internasional mengatakan, keputusan tersebut sekan kembali ke masa lampau saat hak-hak perempuan masih lemah.
“Penarikan itu mengirimkan pesan yang sembrono dan berbahaya kepada para pelaku yang menyalahgunakan, melukai, dan membunuh: bahwa mereka dapat terus melakukannya tanpa mendapat hukuman,” kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard.