Tantangan Sebagai Menteri Pertahanan

Prabowo
Prabowo Subianto saat meninjau Alustsista RI. (ist)

Dalam menjalankan tugasnya, Prabowo juga dihadapi dengan beberapa kendala dari dalam negeri maupun luar negeri. Tantangan dari dalam negeri, ditandai dengan adanya kerusuhan di Papua.
Aksi masa di Papua yang cukup luas tersebut, sebenarnya hanya masalah kesalahpahaman sejumlah ormas terhadap beberapa pelajar Papua. Jadi, ini bukan isu rasisme apalagi diskriminasi. Namun dengan langkah senyapnya, Prabowo berhasil memadamkan kerusuhan tersebut dan kembali memberikan rasa simpati kepada penduduk Papua.
Dari luar negeri, tantangan keamanan datang dari insiden di perairan Natuna. Masuknya beberapa kapal nelayan dari China yang dikawal kapal Penjaga Pantai China, kembali memanaskan situasi di tanah air.
Sebagai menteri pertahanan, Prabowo dihadapkan pada harapan publik untuk mengambil langkah keras.Meski demikian, dengan sikapnya yang tenang namun tegas, Prabowo berhasil menghalau dan mencegah kembalinya kapal-kapal nelayan memasuki zona territorial Indonesia. Keberhasilan itu pun menunjukan “kelas” Prabowo, yang berhasil mengatasi beragam tantangan keamanan, secara matang dan solutif.
Dalam sebuah kesempatan Prabowo menyampaikan, bahwa ‘Pertahanan bukan biaya tetapi investasi’. Hal tersebut dikarenakan, pentingnya memperbaharui dan memperkuat alutsista TNI demi tegaknya kedaulatan Indonesia.
“Visi dan misi kami yang akan menjadi landasan kerja-kerja kami kedepan adalah memberikan perlindungan bagi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kita harus mampu untuk menjaga wilayah laut, darat, dan udara sebagai wujud kedaulatan dan ketahanan kita sebagai negara.” jelasnya.
“Kita tidak berniat untuk mengganggu bangsa lain manapun, tapi kita juga tidak boleh membiarkan wilayah, kepentingan, dan kekayaan kita diganggu. Bagi saya sendiri yang menganut filosof 1000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak, bersahabatlah dengan semua,” pungkas Prabowo.