yandex
Senin, 30 Desember 2024

Cara Bijak dan Aman Belanja Online dengan Dompet Digital

BANTAENG, HOLOPIS.COM – Rangkaian Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber Kreasi bersama Dyandra Promosindo kembali menggelar kegiatan diskusi virtual pada Senin, 7 Juni 2021. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut dikhususkan pada penyelenggaraan Literasi Digital di wilayah Sulawesi.
Dalam kegiatan yang mengambil tema “Belanja Online dengan Dompet Digital” ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Dr Nur Fatwa, SE., MM selaku anggota pemerhati keuangan perbankan sekaligus dosen Universitas Indonesia, Dr Li Made Ras Amanda G dari Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi), Silahuddin Genda, M.Si, dosen Universitas Fajar, Makassar, serta Aan Mansyur selaku penulis dan pemengaruh (influencer). Kegiatan ini dipandu oleh Fadel Karnaen.
Pemateri pertama yang menyampaikan paparannya adalah Dr Nur Fatwa tentang cara menggunakan dompet digital dalam transaksi elektronik. “Dompet digital itu turunan dari digital ekonomi. Oleh karena itu, kita akan cari tahu dulu negara ini apakah sudah siap atau belum dalam infrastruktur fisiknya, seperti jalur broadband atau routers. Kemudian apakah masyarakatnya bisa dan familiar dalam mengakses atau menggunakan smartphone, serta aplikasi fungsi digital lainnya,” kata dia.
Menurut Nur Fatwa, infrastruktur di Indonesia sudah cukup mumpuni untuk menerapkan ekonomi digital. Pada 2018, sudah berdiri 992 usaha rintisan berbasis teknologi (startup), dan terus meningkat hingga 30 persen setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, yang paling besar bergerak di sektor e-commerce atau e-dagang dan teknologi finansial, serta game daring.
“Kami melihat infrastruktur digital di Indonesia sudah cukup untuk melakukan literasi maupun inklusi karena Indonesia sudah menggunakan format 4G. Walaupun yang lain sudah beralih menggunakan 5G, namun kita tidak jauh tertinggal. Sekarang ini, saya yakin masyarakat sudah sangat mengenal tentang Grab, Gojek, Lazada, Traveloka, Tokopedia, dan aplikasi lainnya,” ujar Nur Fatwa.
Sejumlah startup tersebut masing-masing telah memiliki dompet digital dalam bertransaksi. Nur Fatwa menambahkan, saking pesatnya di Asia Tenggara, sejumlah startup di Indonesia tersebut tengah berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas dompet digitalnya di pasar global yang dari unicorn (valuasi bernilai US$ 1 miliar) menuju decacorn (valuasi bernilai lebih dari US$ 10 miliar).
Selanjutnya, Dr Li Made Ras Amanda G menyampaikan paparannya tentang aturan-aturan dalam bertransaksi digital. Menurut dia, berkembangnya dompet digital juga harus diimbangi dengan literasi yang cukup. Contohnya adalah bagaimana cara kita untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan dalam menggunakan dompet digital.
“Dalam menjalankan e-commerce ada aturannya, tapi memang banyak yang tidak tertulis. Misalnya, pertama kali itu proses pendaftaran untuk penjual atau pembeli yang masing-masing dipersyaratkan oleh masing-masing platform. Kedua, kenali seluruh fitur yang tersedia dalam media daring. Kita harus tahu juga apa saja bedanya antara Shopee, Lazada, dan Bukalapak,” kata Amanda.
Pengguna e-dagang juga harus dapat memastikan perangkat yang digunakan dalam mengakses akun tersebut agar aman dari gangguan virus. Ia menyarankan, untuk menggunakan e-dagang, sebaiknya hanya gunakan satu perangkat saja untuk menghindari penyalahgunaan akun dan pencurian data oleh orang lain.
Pemateri ketiga disampaikan oleh Silahuddin Genda, M.Si, yang membahas tentang pentingnya menabung di zaman ekonomi digital ini. Menurut dia, menabung secara konvensional sudah mulai ditinggalkan di era digitalisasi. Bahkan, di desa-desa pun sebagian besar sudah banyak masyarakat yang menerapkan dompet digital dalam bertransaksi maupun untuk menyimpan uang.
Silahuddin mengingatkan, sejatinya menabung punya peran yang sangat penting karena untuk melatih untuk hidup hemat, mencegah diri terjebak utang, serta bisa digunakan dalam situasi mendesak. “Jika ada kebutuhan mendesak yang terjadi pada diri atau keluarga kita, tabungan ini bisa dimanfaatkan. Selain itu, tabungan juga bisa untuk investasi jangka panjang,” ujarnya.
Di masa sekarang, dompet digital tidak serta merta menghilangkan kegiatan masyarakat untuk menabung di bank, tapi justru malah memudahkan dalam bertransaksi. Hampir semua perbankan sudah menyiapkan teknologi
Pemateri ketiga disampaikan oleh Silahuddin Genda, M.Si, yang membahas tentang pentingnya menabung di zaman ekonomi digital ini. Menurut dia, menabung secara konvensional sudah mulai ditinggalkan di era digitalisasi. Bahkan, di desa-desa pun sebagian besar sudah banyak masyarakat yang menerapkan dompet digital dalam bertransaksi maupun untuk menyimpan uang.
Silahuddin mengingatkan, sejatinya menabung punya peran yang sangat penting karena untuk melatih untuk hidup hemat, mencegah diri terjebak utang, serta bisa digunakan dalam situasi mendesak. “Jika ada kebutuhan mendesak yang terjadi pada diri atau keluarga kita, tabungan ini bisa dimanfaatkan. Selain itu, tabungan juga bisa untuk investasi jangka panjang,” ujarnya.
Di masa sekarang, dompet digital tidak serta merta menghilangkan kegiatan masyarakat untuk menabung di bank, tapi justru malah memudahkan dalam bertransaksi. Hampir semua perbankan sudah menyiapkan teknologi finansial untuk memperlancar proses transaksi sekaligus menabung secara daring.
“Trik menghindari diri dari godaan belanja konsumtif, misalnya dengan disiplin menyisihkan minimal 20 persen dari gaji untuk ditabung atau investasi. Kemudian, sisa 80 persen dari pemasukan tadi bisa dimanfaatkan untuk berbelanja sehari-hari, salah satunya dengan berbelanja secara digital,” tutur Silahuddin.
Materi terakhir disampaikan oleh Aan Mansyur yang membahas tentang cara cerdas dan aman belanja daring. Menurut dia, agar penggunaan dompet digital bisa optimal, masyarakat harus memiliki rincian detail untuk pengeluaran dan rencana belanja daring. Sebaiknya berbelanja sesuai dengan kebutuhan, bukan hanya karena keinginan.
Selain itu, para calon pembeli juga harus rajin survei tentang penjual dan harga produk yang hendak dibeli. Sempatkan waktu untuk melakukan riset tentang reputasi penjual tersebut. Baca secara cermat deskripsi produk dan kalau perlu untuk lebih meyakinkan minta penjual untuk memotret barangnya.
Selain itu, masyarakat juga harus pandai memilih platform yang betul-betul punya perlindungan data pribadi. Sebab, tidak semua situs memiliki keamanan yang tinggi untuk pengamanan data pribadi penggunanya. Bukan sekadar soal penipuan pinjaman uang daring, tapi terkadang data pribadi juga digunakan untuk penawaran iklan-iklan yang bermunculan. “Efeknya mengerikan, misalnya nama kita ternyata sudah tercatat meminjam ratusan juta rupiah. Padahal, kita tidak pernah meminjam sama sekali,” ujar dia.
Widi, salah satu peserta webinar mengatakan, aplikasi e-dagang yang menyediakan dompet digital sangat memudahkan transaksi penggunanya. “Sayangnya, kadang kala ada pengguna yang kalap yang bertipe pemburu diskon yang berbelanja tidak pada kebutuhan, tapi pada hasrat dan tergila-gila pada diskon semata. Sehingga, dompet digital dan saldo pengeluaran ludes begitu saja tanpa arti,” kata dia.
Kegiatan Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif dari para narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral