“Makanya, suatu ketika saat ceramah, ustad Das’ad menyampaikan ke yang hadir, tolong yang mau merekam nggak usah merekam. Ini akan kami posting di YouTube. Permasalahannya, banyak orang yang nggak paham soal hak cipta, dan tidak menghargai hak cipta,” pungkasnya.
Tidak hanya bagi para pendakwah, bijak dalam bermedia sosial juga harus ditunjukkan oleh para pengguna atau warganet. Pemengaruh Arham Kendari membahas mengenai etika digital dengan tema “Bijak di Kolom Komentar”. Setidaknya, ada tujuh etika yang patut dipegang dalam bermedia sosial. “Ini sebagian besar berdasarkan pengalaman saya dalam bermedia sosial,” katanya.
Pertama, ingat prinsip habluminannas. Sebagai seorang beragama, menjaga hubungan dengan sesama manusia sama pentingnya dengan menjaga hubungan dengan Sang Pencipta atau dalam Islam habluminallah. Kedua, ingat bahwa tulisan di media sosial adalah cerminan diri kita. Dengan mengingat hal ini, maka konten digital kita seharusnya tidak melanggar batasan atau norma agama.
Ketiga, mengelola emosi. Keempat, tidak memantik perselisihan. Sebelum mengunggah informasi atau konten, tanyakan kembali niat kita, apa tujuan kita mengunggah konten ini. Apakah memberikan manfaat atau edukasi atau justru memperkeruh suasana?
“Saya sarangkan cek dulu niat kita. Pertimbangkan maslahat mudharat sebagai Muslim. Apakah maslahat-nya lebih banyak dari mudharat-nya? Kalaupun mudharat-nya lebih kecil, bisa jadi ini menjadi besar,” katanya.
Kelima, menghargai privasi. Ketika masuk pusaran perdebatan hindari mengumbar informasi pribadi dan sensitif yang tidak pantas dilakukan. Misalnya, membawa-bawah silsilah keluarga, nasab, dan sebagainya. Keenam, menyadari lingkaran pertemanan. Etika komunikasi digital tentu juga harus memperhatikan pertemanan kita.
Melek Digital bagi Pendakwah Bukan Lagi Pilihan tapi Keharusan
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.