JAKARTA, HOLOPIS.COM – Seluruh partai politik mulai memanaskan mesin partai, pemilihan Presiden yang akan digelar 3 tahun lagi sudah mulai bergaung diberbagai pemberitaan.
Setelah ramai dengan polemik PDIP masalah Capres, kini Partai Golkar mulai mengambil ancang-ancang. Menyatakan bulat mendukung Airlangga Hartarto menjadi calon Presiden di Pilpres 2024. Keputusan mengusung Airlangga keluar saat Musyawarah Nasional Golkar tahun 2019, lalu dikukuhkan pada Rapimnas Golkar 2021.
Tahun 2024 menjadi momentum partai berlambang beringin kembali ambil bagian dalam Pilpres. Terakhir kali Golkar mengusung jagoan pada Pilpres 2009.
Saat itu, Golkar mengusung Jusuf Kalla yang berstatus ketua umum Golkar, maju sebagai Capres. JK menggandeng Wiranto sebagai cawapres yang baru mendirikan Partai Hanura. Deklarasi terbilang cepat di saat partai-partai lain masih membangun koalisi.
Pasangan JK-Win bersaing dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto. Di akhir pertarungan, JK dan Wiranto kalah dengan mendapatkan suara terkecil. SBY-Boediono keluar sebagai pemenang.
Dua Pilpres setelahnya pada 2014 dan 2019, Golkar selalu absen mengusung kader sendiri. Padahal, berkuasa telah menjadi DNA Partai Golkar. Selama 32 tahun, Golkar kerap menjadi jawara setiap pemilu berkat eksisnya sosok Soeharto. Pasca-reformasi, ketika pilpres dihelat secara langsung dan demokratis, Golkar selalu mengusung calon meskipu kalah dalam pertarungan.
Namun, Pilpres 2014 dan 2019, tidak ada kader Golkar yang dianggap mumpuni. Baik segi elektoral maupun basis dukungan untuk bersaing dalam kontestasi politik 5 tahunan itu.
Pada Pilpres 2014, riak-riak menentukan capres dan mitra koalisi terjadi di tubuh Golkar. Awalnya, Golkar ingin mengusung Aburizal Bakrie menjadi capres. Sayang, Golkar seperti kesulitan mencari mitra koalisi untuk mengusung Ical.
Ical akhirnya merapat ke koalisi Merah Putih mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Internal beringin bergolak lantaran Jusuf Kalla sebagai politisi senior Golkar dipilih Jokowi sebagai cawapres. Hasilnya, Jokowi-JK mengalahkan Prabowo-Hatta.
Lima tahun berlalu. Golkar berambisi menyandingkan Airlangga menjadi cawapres Joko Widodo yang maju untuk periode kedua. Raihan 14,75 persen suara pada Pemilu 2014 menjadi bargaining Golkar mengusung Airlangga jadi Cawapres.
Pada akhirnya harapan itu kandas. Jokowi memilih mantan Ketua MUI Ma’ruf Amin sebagai pasangannya. Ini adalah catatan sejarah Partai Beringin tak memiliki calon presiden untuk pertama kali dalam pemilu. (MIB)