BANDUNG, HOLOPISCOM – Gerhana Bulan Total Perigee atau Super Blood Moon dilaporkan akan terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021. Observatorium Bosscha mengatakan fenomena astronomi itu bisa disaksikan tanpa alat bantu.
“Bisa dilihat langsung tanpa alat bantu,” kata Bosscha dalam laman resmi, Selasa (25/5).
Fenomena Gerhana Bulan Total ini juga disebut Super Blood Moon (Bulan Super Berdarah) lantaran saat terjadi gerhana cenderung muncul warna kemerahan pada Bulan. Warna kemerahan inilah yang jadi sumber penamaan “blood” atau berdarah.
Ada beberapa faktor kenampakan fenomena yang dapat mempengaruhi warna Bulan. Faktor itu tergantung kondisi langit di atas, atau dipengaruhi oleh debu, awan dan kondisi atmosfer Bumi saat fenomena itu berlangsung.
Anda bisa keluar dari ruangan untuk menyaksikan fenomena itu dengan mata telanjang. Sebab, tidak seperti Gerhana Bulan tidak seperti Gerhana Matahari yang intensitas cahayanya bisa membahayakan mata.
Perbedaan intensitas cahaya ini lantaran Bulan hanya mendapat cahaya dari pantulan sinar Matahari. Bukan sebagai sumber cahaya seperti halnya Matahari. Meski begitu, Anda juga dapat menggunakan teleskop atau teropong untuk melihat fenomena lebih dekat.
Bosscha menyampaikan Bulan akan mencapai fase penuh pada tanggal tersebut. Bulan disebut akan terletak hampir tepat di seberang Matahari di langit, menempatkannya tinggi di atas cakrawala sepanjang malam.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu menuturkan pihaknya akan akan menggunakan teropong Vixen Sphinx ED80SF untuk mengamati GBT. Pengamatan dilakukan di Lereng Anteng Dago Bakery Punclut, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pada pukul 15.00-21.00 WIB.
“Dan masyarakat di sekitar lokasi dapat menyaksikan proses gerhana dengan tetap menjalankan protokol kesehatan (menjaga jarak dan memakai masker), serta dapat disaksikan secara live melalui https://www.bmkg.go.id/gbt,” kata Rahayu dalam keterangan tertulis, Senin (24/5).
Kondisi cuaca saat pengamatan diperkirakan berawan dari siang hingga malam hari dengan peluang terjadinya hujan pada pukul 14.00-18.00 WIB.
GBT terjadi saat posisi Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar. Hal itu terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah atau yang lebih dikenal dengan istilah Blood Moon.
Karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan Bumi (Perigee) maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.
LAPAN membeberkan GBT akan berlangsung dengan durasi parsialitas selama 3 jam 8 menit 12 detik. Sedangkan durasi totalitas cukup singkat, yakni selama 18 menit 28 detik.
Puncak gerhana diprediksi akan terjadi pada pukul 18.18.43 WIB/ 19.18.43 WITA/ 20.18.43 WIT (delta T = 69 detik) dengan magnitudo umbra 1,0153 dan magnitude penumbra 1,9787.
“Gerhana kali ini dapat disaksikan ketika Bulan terbit dari arah Timur-Tenggara hingga Tenggara dekat konstelasi Scorpius,” kata LAPAN. (zik)