JAKARTA, HOLOPISCOM – Sejumlah negara yang dinilai berhasil mengendalikan penularan Covid-19 kembali harus menghadapi bahaya pandemi itu. Thailand dan Taiwan tengah berusaha menekan merebaknya penularan virus tersebut. Thailand menjadi yang terparah akibat munculnya klaster penularan di lembaga pemasyarakatan atau penjara.
Salah satu penyebabnya adalah penjara yang melebihi kapasitas. Dari 9.635 kasus baru yang dilaporkan Thailand Senin (17/5), 6.853 di antaranya menimpa narapidana. Itu adalah gelombang penularan ketiga di Thailand. Agence France-Presse melaporkan bahwa pada 25 April lalu, hanya ada 10 kasus Covid-19 di penjara. Namun, jumlahnya melonjak menjadi 1.960 pekan lalu. Setelah itu, penularan kian luas.
Dari delapan penjara yang penghuninya dites Covid-19, hampir separo tahanan positif korona. Di Provinsi Chiang Mai, persentasenya bahkan sampai 61 persen. Mayoritas penjara itu berada di Bangkok dan sekitarnya. Beberapa di antaranya adalah tempat para aktivis prodemokrasi ditahan. Klaster penjara mencuat setelah salah seorang aktivis mengumumkan bahwa dirinya positif Covid-19. Kabar itu hanya berselang lima hari setelah dia bebas dari penjara di Bangkok.
Data itu ibarat fenomena gunung es. Sebab, menurut Human Rights Watch (HRW), di Thailand ada 143 penjara yang menampung 380 ribu narapidana. Hampir semua penjara mengalami kelebihan kapasitas. Lembaga yang berbasis di New York itu meminta kepada pemerintah Thailand agar para tahanan mendapatkan akses pelayanan yang memadai. Mereka juga meminta agar napi yang dianggap tidak mengancam masyarakat bisa dibebaskan lebih cepat. Tujuannya, mengurangi kapasitas.
Pemerintah Thailand di lain pihak mengungkapkan bahwa saat ini jumlah tahanan hanya 310 ribu orang. Sebab, ada kebijakan pengurangan di penjara yang kelebihan kapasitas. Wakil Dirjen Departemen Pemasyarakatan Veerakit Harnparipan menjelaskan bahwa pada kenyataannya, tidak banyak hal yang bisa mereka lakukan.
”Meski ada perintah untuk memakai masker 24 jam sehari, itu tidak bisa diterapkan karena narapidana harus mandi dan makan,” terangnya seperti dikutip BBC. Jaga jarak dengan kondisi tahanan yang penuh jelas tidak mungkin. Veerakit menyatakan bahwa yang terjadi saat ini adalah di luar kemampuan lembaganya. ”Itu karena kami tidak dapat menolak narapidana baru,” tambah Veerakit.
Departemen pemasyarakatan berencana untuk mengetes seluruh narapidana di 143 tahanan itu. Jika situasi tidak bisa terkendali, Menteri Kehakiman Somsak Thepsuthin tengah mempertimbangkan masa percobaan khusus bagi narapidana.
Thailand sejatinya sudah berhasil menekan angka penularan. Hingga bulan lalu, angkanya sangat rendah. Sebab, mereka menerapkan aturan yang sangat ketat untuk orang asing yang masuk ke Negeri Gajah Putih itu. Karantina juga dilakukan secara ketat. Namun, belakangan klaster distrik hiburan malam di Bangkok dan penjara membuat capaian mereka dalam menangani pandemi langsung runtuh.
Nasib serupa dialami Taiwan dan Singapura. Taiwan melaporkan ada 333 penularan baru kemarin. Pemerintah memutuskan menutup bioskop dan tempat-tempat hiburan hingga 28 Mei. Orang-orang masih boleh berkumpul, tapi kini dibatasi. Maksimal lima orang di dalam ruangan dan 10 orang di luar ruangan. Sekolah-sekolah di Taipei dan New Taipei City diliburkan mulai hari ini hingga 28 Mei.
Tak sampai di situ, orang asing dilarang masuk atau transit di Taiwan hingga sebulan ke depan. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meminta agar penduduk tidak menimbun barang kebutuhan pokok. Namun, penduduk telanjur panik. Rak sembako di beberapa supermarket ludes.
Singapura juga memilih menutup sekolah-sekolah mulai Rabu (19/5) hingga berakhirnya semester pada 28 Mei. Itu disebabkan ada 38 kasus penularan lokal baru yang menjadi data harian tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Beberapa kasus terjadi pada anak-anak yang berhubungan dengan klaster tempat kursus. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengungkapkan bahwa virus jenis B.1.617 yang berasal dari India tampaknya lebih menular ke anak-anak dibandingkan varian lain. (zik)