JAKARTA, HOLOPIS.COM – Amerika Serikat, Jerman dan Inggris bentrok dengan Tiongkok di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Rabu (12/5) karena perlakuan terhadap Muslim Uyghur di Xinjiang, hal ini pun membuat Beijing marah, dan melobi negara-negara anggota PBB untuk menjauh.
“Kami akan terus berdiri dan berbicara sampai pemerintah Tiongkok menghentikan kejahatannya terhadap kemanusiaan dan genosida Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang,” kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield pada acara tersebut.
Negara bagian Barat dan kelompok hak asasi menuduh pihak berwenang Xinjiang menahan dan menyiksa Uighur dan minoritas lainnya di kamp-kamp. Beijing menyangkal tuduhan tersebut dan menggambarkan kamp tersebut sebagai fasilitas pelatihan kejuruan untuk memerangi ekstremisme agama.
“Di Xinjiang, orang-orang disiksa. Wanita disterilkan secara paksa,” kata Thomas-Greenfield.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengatakan pada acara tersebut ada sekitar 1 juta orang Uyghur dan sebagian besar etnis minoritas Muslim ditahan secara sewenang-wenang.
Dalam sebuah catatan kepada negara-negara anggota PBB pekan lalu, misi PBB Tiongkok menolak tuduhan itu dan mengatakan tuduhan-tuduhan tersebut adalah “kebohongan dan tuduhan palsu” dan menuduh penyelenggara “terobsesi dengan memprovokasi konfrontasi dengan Tiongkok.”
Sementara Tiongkok mendesak negara-negara untuk “TIDAK berpartisipasi dalam acara anti-Tiongkok ini,” seorang diplomat Tiongkok berbicara pada acara tersebut.
“Tiongkok tidak menyembunyikan apa pun di Xinjiang. Xinjiang selalu terbuka,” kata diplomat Tiongkok, Guo Jiakun. “Kami menyambut semua orang untuk mengunjungi Xinjiang, tetapi kami menentang segala jenis penyelidikan yang didasarkan pada kebohongan dan dengan anggapan bersalah.
Acara ini diselenggarakan oleh Jerman, Amerika Serikat dan Inggris, disponsori bersama oleh Kanada, Australia, Selandia Baru dan beberapa negara Eropa lainnya.
Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heusgen mengatakan negara-negara yang mensponsori acara tersebut menghadapi “ancaman besar-besaran dari Tiongkok,” tetapi ia tidak merinci lebih lanjut.
Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward menggambarkan situasi di Xinjiang sebagai “salah satu krisis hak asasi manusia terburuk di zaman kita,” menambahkan: “Bukti … menunjukkan program penindasan terhadap kelompok etnis tertentu. (zik)