JAKARTA, HOLOPISCOM – Zakaria bin Ladun bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud bin Sulaiman bin Muslim bin Shadiqah bin Barkhiya bin Bal’athah bin Nahur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inaman bin Rahba’am bin Sulaiman bin Daud
Nabi Zakaria ‘alaihis salam diutus Allah subhanahu wa ta’ala untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil di Palestina. Beliau merupakan ayah asuh bagi Maryam binti Imran yakni ibu Nabi Isa ‘alaihis salam dan ayah dari Nabi Yahya ‘alaihis salam.
Kisah Nabi Zakaria ‘alaihis salam disebutkan beberapa kali didalam Al Qur’an, antara lain dalam surat Maryam ayat 1-15, surat Ali Imran ayat 37-41, surat Al An’aam ayat 85, dan Al Anbiya’ ayat 90.
Hingga usianya menginjak 90 tahun, Nabi Zakaria ‘alaihis salam belum juga dikaruniai seorang anak yang kelak menjadi pewarisnya.
Beliau tidak henti-hentinya berdoa dan memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memberinya seorang putera.
Suatu hari, ketika beliau bermaksud menemui Maryam di sebuah mihrab, beliau mendapati makanan di sisinya, Beliau pun menanyakan asal usul makanan tersebut.
Maryam pun menjawab bahwa makanan tersebut berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Maryam juga menambahkan bahwa Allah memberikan rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki tanpa hisab.
Akhirnya, di mihrab itulah Nabi Zakaria ‘alaihis salam memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam surat Maryam ayat 4-6 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh (semua) tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum perah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, Ya Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir tehadap mawaliku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka angugerahkanlah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub, dan jadikanlah dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
QS. Maryam : 4-6
Dikabulkannya Doa
Doa Nabi Zakaria ‘alaihis salam didengar Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika tengah melaksanakan shalat di mihrab, beliau memperoleh kabar gembira terkait kelahiran puteranya yang disampaikan oleh malaikat.
Dalam surat Ali Imran ayat 39, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Kemudian malaikat memanggil Zakaria, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab (katanya), “Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi panutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang shaleh.”
QS. Ali Imran : 39
Kabar gembira ini tidak serta merta membuat hati Nabi Zakaria ‘alaihis salam tenang mengingat usianya dan usia istrinya yang tidak lagi muda atau tidak memungkinkan untuk memiliki anak.
Dalam surat Ali Imran ayat 40-41, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Allah berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Zakaria berkata, “Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung.” Allah berfirman, “Tandanya bagimu, adalah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.”
QS. Ali Imran : 40-41
Sedangkan dalam surat Al Anbiya’ ayat 90 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Maka Kami memperkenankan do’anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.”
QS. Al Anbiya’ : 90
Kemudian, Nabi Yahya ‘alaihis salam pun lahir dengan beberapa sifat dan keutamaan di antaranya suka bersedekah, memiliki lisan dan perbuatan yang baik, tawadhu, dan rajin beribadah.
Sebagaimana dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: كَانَ زَكَرِيَّا عليه السَّلامُ نجَّاراً “Nabi Zakariya adalah seorang tukang kayu.” (HR Muslim 4384 dan Ibnu Majah 2141). Nabi Zakariya AS hidup bersama Nabi Yahya AS. Walaupun Nabi Yahya sering menyendiri.
Kematian Nabi Zakariya menyusul dari kematian Nabi Yahya. Dijelaskan dalam buku Kisah Bapak dan Anak dalam Alquran oleh Adil Musthafa Abdul Halim, kala itu saat Nabi Zakariya mengetahui kematian anaknya dan mengetahui Allah mengubur hidup-hidup orang yang membunuhnya, dia melarikan diri menuju kebun di Baitul Maqdis.
Saat Nabi Zakariya melewati pepohonan, pepohonan tersebut memanggilnya, “Wahai Nabi Allah, datanglah mendekat ke sini ke arahku.” Nabi Zakariya datang mendekatinya dan pohon tersebut segera membuka diri sehingga dia dapat masuk dan bersembunyi.
Sayangnya, ada iblis yang sedang menyaksikan persembunyian Nabi Zakariya. Iblis segera memotong kain bajunya. Kemudian Iblis membawanya sebagai bukti keberadaan Nabi Zakariya kepada orang-orang yang sedang mencarinya.
Mendengar laporan iblis, mereka berkata “Kami tidak mempercayaimu”.
Iblis lalu menunjukkan bukti sepotong kain baju Nabi Zakariya. Sontak, ketika melihatnya, mereka terkejut dan meminta ditunjukkan lokasi pohon tempat pesembunyian Nabi Zakariya. Ketika mereka sudah mengetahui, mereka mengambil kapak dan menghantam pohon tersebut sampai terbelah dua.
Hantaman kapak membuat Nabi Zakariya yang tengah bersembunyi terbunuh. Allah SWT mengganjar Bani Israil atas kematian Nabi Zakariya dan Nabi Yahya dengan cara membunuh para pembesar mereka dan menawan ratusan orang. Dapat dilihat, kaum Bani Israil adalah kaum yang sering membunuh nabi. Dalam surat Al-Baqarah ayat 61 berbunyi :
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
Wallahu a’lam.
Sumber: Republika, DalamIslam