JAKARTA, HOLOPIS.COM – Kelahiran Nabi Yahya merupakan mukjizat dari Allah berkat ketulusan doa ayahnya, Nabi Zakaria yang sudah berumur 90 tahun.
Kisah Nabi Yahya AS tidak lepas dari kisah Nabi Zakaria AS. Ia menjadi penerus dakwah ayahnya kepada kaum Bani Israil.
Ia lahir saat ayahnya sudah menginjak usia senja. Sehingga Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Yahya AS dengan hafal kitab sejak usia kanak-kanak.
Dikutip dari buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Quran karangan Adil Musthafa Abdul Halim, Nabi Yahya AS merupakan seorang anak yang suci. Ia diberikan kebijaksaan dalam otaknya.
Ia disebut sebagai manusia yang menyukai ibadah dengan ketinggian ilmunya. Di kehidupan sosial, Nabi Yahya AS dikenal sebagai orang yang berani dalam kebenaran dan tegas dalam kebatilan.
Diceritakan oleh Usman bin Affan bin Abdul AS bin Umayyah bin Abdu Syams dalam 25 Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS Hingga Muhammad SAW, Nabi Yahya AS diberikan mukjizat lain berupa rasa cinta dari sisi Allah SWT yaitu Al Hanan.
Al Hanan merupakan ilmu tentang kecintaan terhadap seluruh makluk beserta alam semesta. Hanan merupakan tingkat cinta yang bersumber dari ilmu. Allah SWT memberikan karunia kepadanya berupa sifat Al-Hanan ini sejak Nabi Yahya AS masih muda.
Berkat kecintaan dan kasih sayangnya itu, Nabi Yahya AS dicintai semua makhluk. Tidak hanya manusia, bahkan burung-burung, binatang buas, gurun, hingga gunung turut mencintainya.
Nabi Yahya AS menjadi tauladan dalam ibadah, zuhud, dan cinta. Nabi Yahya AS meninggal dalam pengejaran raja Bani Israil yang menentang ajarannya. Diceritakan raja Bani Israil menyukai keponakannya dan hendak menikahinya.
Sementara Nabi Yahya AS menerangkan bahwa tidak diperbolehkan untuk menikahi anak perempuan saudaranya (keponakan). Beberapa riwayat mengatakan bahwa wanita yang dimaksud adalah anak tiri bukan keponakan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a bahwa Nabi Isa bin Maryam AS dan Nabi Yahya AS dibangkitkan dengan ditemani dua belas pengikut setianya yang senantiasa membantunya dalam berdakwah.
Dilansir di Masrawy, Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata:
“Tidak seyogyanya bagi seseorang berkata: saya lebih baik dari (Nabi) Yahya bin Zakaria,”.
Maka kami berkata: “Wahai Rasulullah, dan dari manakah (engkau mengetahui) itu?”.
Lalu (Nabi) berkata: “Apakah kalian tidak mendengar (mengetahui) bagaimana Allah menggambarkan dia (Nabi Yahya) di dalam Alquran?”.
Nabi berkata sebagaimana yang tertuang dalam Alquran Surah Maryam ayat 12:
يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا
Yang artinya: “Wahai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih menjadi anak-anak.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan lagi sampai pada Surat Ali Imran penggalan ayat 39:
وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
Yang artinya: “(Nabi Yahya) menjadi panutan, (pribadi) yang menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang Nabi yang termasuk keturunan dari orang-orang saleh,”
Nabi Yahya merupakan seseorang yang tidak pernah meluangkan waktunya untuk berbuat kejahatan, maupun mementingkan kejahatan.
Dijelaskan bahwa Nabi Yahya juga menyerukan Kitab Taurat dipahami dengan sungguh-sungguh, dan makna dari Taurat dapat dimaknai secara mendalam dan sebaik-baiknya.
Nabi Yahya juga menekankan pentingnya mengaplikasikan ajaran-ajaran yang termaktub dalam Taurat. Baik itu syariat maupun etika dan adab sebagai seorang hamba.
Sebab sesungguhnya, keberkahan ilmu itu terletak pada penerapannya.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam Surah Maryam ayat 12 tadi, yakni tentang seruan mengambil Taurat dan mempelajari serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Dan pada ayat 15, Allah berfirman:
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
Yang artinya: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.”
Benarkah Nabi Yahya Dibunuh Seorang Perempuan?
Tak ada riwayat kuat tentang penyebab terbunuhnya Nabi Yahya
Para ulama mempunyai perbedaan pendapat mengenai kabar wafatnya Nabi Zakaria dan putranya Nabi Yahya. Apakah wafatnya Nabi Yahya benar-benar disebabkan perempuan ataukah justru disebabkan hal lain?
Nabi Yahya merupakan putra Nabi Zakaria yang dihadirkan Allah SWT pada usia Nabi Zakaria yang tak muda. Meski demikian, Nabi Yahya mendapatkan pendidikan keimanan yang baik dari sang ayah, dan dia juga terbukti sebagai pribadi yang mengamalkan nilai-nilai dalam Taurat.
Dilansir di Masrawy, Selasa (11/4), Ibnu Katsir menyebutkan bahwa di awal dan di akhir dari Wahab bin Munabih, sebagaimana disebutkan Ath Thabari bahwasannya kerusakan/kejahatan awal Bani Israel adalah dengan dibunuhnya Nabi Zakaria.
Dan kejahatan kedua yang dilakukan adalah membunuh Nabi Yahya. Dan kisah mengenai terbunuhnya kedua Nabi saleh itu tidak memiliki catatan yang utuh dan menimbulkan banyak pendapat.
Adapun Alquran telah mengulang-ulang mengenai kabar pembunuhan yang dilakukan Bani Israel kepada para Nabi dengan cara yang tidak adil dan tidak dibenarkan. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Ali Imran penggalan ayat 112:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” Dan dalam ayat lainnya, Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 87:
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul yang membawa suatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong? Maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” Dalam Surat Al Baqarah ayat 91, Allah berfirman:
قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Yang artinya: “Katakanlah: mengapa kamu dahulu membunuh Nabi-Nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?”
Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah menyebutakan bahwa keduanya (Nabi Zakaria dan Nabi Yahya) dibunuh di hadapan kekuasaan pemerintahan Bani Israel.
Namun disebutkan pula bahwa kabar tersebut lemah dan dikaitkan dengan banyaknya penyangkalan terhadap pendapat ini.
Dan dari sejumlah jejak sejarah yang dikabarkan para sahabat dan tabiin, bahwa pembunuhan terhadap kedua Nabi tersebut, sebagaimana yang disebutkan pula oleh Ath-Thabari dan Ibnu Katsir yang rujukannya berasal dari Ahli Kitab, bahwa di antara pendapat mereka, yang paling otentik adalah yang dikatakan Ibnu Abi Shaibah.
Bahwa dari Urwah bin Zubair, dia berkata:
“Nabi Yahya bin Zakaria tidak dibunuh kecuali oleh seorang wanita pelacur yang berkata kepada sahabatnya, ‘Aku tidak ridha terhadap engkau sampai engkau datang kepadaku dengan kepalanya (Nabi Yahya)’. Kemudian dia pergi dan membawakan wanita tersebut kepala Nabi Yahya di dalam sebuah bak (wadah).”
Inilah salah satu rujukan bagi sebagian ulama yang berpendapat bahwa wafatnya Nabi Yahya disebabkan pembunuhan yang didalangi seorang wanita pelacur.
Namun bagaimanapun dijelaskan, para ulama bersepakat tidak menemukan satu pun rujukan dalil ataupun jejak sejarah yang mengaitkan bahwa Nabi Yahya telah diangkat ke langit sebagaimana yang terjadi oleh Nabi Isa AS. Artinya jelas bahwa satu-satunya Nabi yang diangkat ke langit adalah hanya Nabi Isa AS.
Sumber: RRI, Republika