JAKARTA, HOLOPIS.COM – Pemerintah Brasil mengungkap vaksin virus Covid-19 Sputnik V buatan Rusia yang mereka pesan tercemar virus penyebab flu. Hal itu disampaikan oleh Badan Kesehatan Brasil (Anvisa) dalam sebuah laporan yang memutuskan melarang impor vaksin itu.
Seorang ilmuwan di Organisasi Vaksin dan Penyakit Menular Kanada, Angela Rasmussen, mengatakan temuan itu menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas proses produksi vaksin Sputnik V. Selain itu, jika ditemukan banyak kasus, vaksin itu tak aman bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
“Pada orang yang kekebalannya terganggu, mungkin ada tingkat efek samping yang lebih tinggi karena itu, termasuk yang berpotensi serius,” kata Rasmussen, seperti dikutip dari AFP, Kamis (29/4).
Pangkal persoalannya ada di sekitar vektor adenovirus untuk membawa instruksi DNA bagi sel manusia untuk mengembangkan lonjakan protein dari virus Covid-19. Ini akan melatih sistem kekebalan tubuh manusia untuk mempersiapkan diri jika suatu saat menghadapi virus corona yang sesungguhnya.
Vaksin Sputnik V dibuat menggunakan dua vektor adenovirus yang berbeda: adenovirus tipe 26 (Ad26) untuk suntikan pertama, dan adenovirus tipe 5 (Ad5) untuk suntikan kedua.
Berdasarkan penjelasan yang diunggah secara daring oleh para ilmuwan di Anvisa, mereka mengungkapkan sudah menguji sampel pendorong suntikan dan menemukan adenovirus itu mampu mereplikasi.
Artinya, ketika sudah ada di dalam tubuh, adenovirus dapat terus berkembang biak. Mereka menyebut kemungkinan besar, hal itu terjadi karena masalah produksi yang dikenal sebagai rekombinasi.
Rekombinasi adalah adenovirus yang dimodifikasi telah mendapat kembali gen yang diperlukan untuk mereplikasi saat sedang tumbuh di dalam sel manusia, yang direkayasa di laboratorium.
Sejauh ini, regulator Brasil tak melakukan evaluasi pada suntikan pertama dari vaksin Rusia itu. Rasmussen menggambarkan kesalahan itu sebagai masalah kualitas, dan bukan persoalan teknologi.
“Bagi kebanyakan orang ini mungkin tidak menjadi masalah besar karena adenovirus umumnya tidak dianggap sebagai patogen manusia yang sangat penting,” katanya.
Masalah yang lebih besar, tambahnya, adalah dampak tak menguntungkan atas kepercayaan terhadap vaksin yang mengklaim aman dan efektif 90 persen.
Jika orang tidak yakin bahwa vaksin yang mereka terima sama dengan yang dipelajari dalam uji coba, maka banyak orang tak percaya vaksin.
“Saya dapat membayangkan bahwa beberapa orang mungkin memiliki betul-betul keraguan untuk mendapatkan vaksin itu,” kata Rasmussen.
Hal lain yang tidak diketahui adalah apakah masalah produksi yang menyebabkan vektor adenovirus dapat bereplikasi juga mematikan kode DNA untuk protein lonjakan tersebut, sehingga membuat suntikan tidak efektif sebagai vaksin virus Covid-19.
Diketahui Institut Gamaleya merupakan lembaga yang mengembangkan vaksin Sputnik V. Wakil Direktur Institut Gameleya Rusia, Denis Logunov, membantah laporan tersebut.
“Pernyataan yang saya baca di pers tidak ada hubungannya dengan kenyataan,” ujarnya. (RPG)
Indonesia akan jadi tuan rumah Grup B Babak Kualifikasi AFC Women's Futsal Asian Cup 2025…
JAKARTA - Dunia hiburan Indonesia saat ini sedang digegerkan dengan isu Hamish Daud yang diduga…
Ribuan personel gabungan akan disiagakan untuk melakukan pengamanan puncak perayaan Natal Nasional 2024, yang dijadwalkan…
JAKARTA - Direktur eksekutif Political Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai bahwa seharusnya KPK…
Polri mengungkap data perjalanan keluar Jakarta pada saat libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru)…
Resep kuliner kali ini ada pisang goreng pasir keju lumer, yang tentunya lezat dan nikmat.…