HOLOPIS.COM – Kemajuan peradaban Islam membawa dampak luas di berbagai bidang.
Tidak hanya bagi muslim, tetapi kemajuan itu juga dapat dirasakan oleh masyarakat dunia secara umum.
Salah satu sumbangsih umat Islam adalah melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang pemikirannya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
Di bidang ilmu pengobatan misalnya, ada Ibnu Sina yang menelurkan beragam karya di bidang kedokteran, yang bahkan masih relevan hingga masa sekarang.
Bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At-Thibb atau The Canon of Medicine (Kitab Pengobatan), menjadi buku rujukan utama dunia kedokteran Eropa hingga pertengahan abad ke XVII.

Melansir Britannica, Ibnu Sina atau yang dikenal sebagai Avicenna di Barat, lahir pada 980 Masehi di Bukhara, Iran (sekarang Uzbekistan).
Ibnu Sina telah memperlihatkan kecerdasannya sejak masih anak-anak. Pada usia 10 tahun dia telah membaca dan menghapalkan seluruh isi Al Quran.
Menginjak usia remaja, dia belajar ilmu penalaran dasar dari seorang guru, dan kemudian mempelajari pemikiran-pemikiran filsuf era Hellenistik secara otodidak.

Mempelajari ilmu pengobatan
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari ilmu pengobatan.
Ketika itu pula, Sultan Bukhara jatuh sakit dan tidak ada satu pun tabib istana yang mampu mengobati.
Ibnu Sina kemudian dipanggil untuk menyembuhkan sang raja. Di luar dugaan, dia berhasil melaksanakan tugasnya.
Sebagai bentuk terima kasih, Sultan kemudian mengizinkan Ibnu Sina mengakses perpustakaan Samanid, yang kemudian memperluas cakrawala pemikiran dan pengetahuannya.
Memasuki usia 21 tahun, Ibnu Sina mulai aktif menuliskan pemikirannya.
Tidak kurang dari 240 karya mencakup berbagai bidang, mulai dari matematika, fisika, astronomi, musik, dan puisi telah dia hasilkan.
Karya-karya terkenal Ibnu Sina
Karya-karya Ibnu Sina merupakan kombinasi dari pemikiran Neoplatonik dan filsafat Aristoteles dengan teologi Islam, yang dipadukan secara komprehensif.
Terjemahan Latin dari karya Ibnu Sina membuat cendekiawan-cendekiawan Barat abad XIII mampu mendapat gambaran yang lebih baik tentang filsafat Aristoteles.
Hal tersebut terutama terlihat dari tulisan-tulisan karya pemikir Barat saat itu, seperti Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.
Membagi ilmu pengetahuan
Karya penting Ibnu Sina, seperti Kitab al-Shifa atau Buku tentang Penyembuhan, merupakan ensiklopedia yang mencakup empat bagian, yaitu penalaran, fisika, matematika, dan metafisika.
Dalam karyanya itu, Ibnu Sina membagi ilmu pengetahuan ke dalam beberapa klasifikasi.
Misalnya di bidang fisika, dia mendiskusikan alam menurut delapan prinsip dasar sains, yaitu sains secara umum, benda langit dan objek geografis, unsur-unsur utama, meteorologi, minearologi, botani, zoologi, dan psikologi (ilmu tentang jiwa).
Karya penting lain Ibnu Sina adalah Al-Qanun fi At-Thibb atau Kitab Pengobatan, yang terdiri dari lima buku.
Dalam buku pertama, Ibnu Sina membahas metode pengobatan berdasarkan pengamatan terhadap empat unsur, yaitu tanah, udara, api, dan air.
Buku kedua membahas materia medica atau pengetahuan tentang efek terapeutik yang terjadi pada tubuh dari setiap zat yang digunakan untuk penyembuhan.
Di buku ketiga, Ibnu Sina mengulas tentang penyakit-penyakit pada tubuh manusia, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Kemudian pada buku keempat, dia menyajikan pengamatan penyakit yang tidak spesifik pada organ tertentu, seperti demam.
Lalu pada buku kelima, Ibnu Sina membahas tentang obat-obatan majemuk.
Di buku kedua dan kelima, dia menyajikan sekitar 760 contoh obat-obatan majemuk.
Kitab Pengobatan menjadi salah satu warisan penting Ibnu Sina, karena dipakai sebagai buku rujukan utama di Eropa hingga pertengahan abad XVII.
Ibnu Sina wafat pada 1057 M.
Kendati demikian, warisan pemikirannya masih relevan hingga era modern, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19. (zik)