HOLOPIS.COM – Staf khusus Menteri Agama RI, Muhammad Nuruzzaman menyampaikan bahwa pihaknya tengah mendorong agar Peraturan Presiden (Perpres) tentang moderasi agama ditandatangani Presiden Joko Widodo pada bulan April ini.
“Mudah-mudahan bulan April ini dikeluarkan Perpres moderasi beragama,” kata Nuruzzaman dalam diskusi online yang digelar oleh BEM FH Universitas Bung Karno (UBK), Kamis (15/4).
Di dalam Perpres tersebut, ada beberapa hal yang ditekankan, yakni tentang komitmen kebangsaan. Menurut Ketua Bidang Kajian Strategis Pengurus Pusat GP Ansor ini, seorang pemeluk agama harus memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap kebangsaannya.
“Komitmen kebangsaan. Kalau orang yang beragama, apapun agamanya, maka dia harus punya komitmen kebangsaan,” ujarnya.
Ia pun memberikan analogis untuk menjelaskan tentang komitmen kebangsaan ini. Di mana dirinya adalah seorang bangsa Indonesia yang lahir di Indonesia, dan kebetulan ditakdirkan pula sebagai orang Islam. Maka sisi kebangsaannya inilah yang ditonjolkan dibandingkan latar belakang keagamaan yang dianutnya.
“Saya ini orang Indonesia yang kebetulan beragama Islam. Maka semangat kebangsaan saya yang dimunculkan. Ini penting disuarakan kepada publik kenapa saya cinta negara ini, karena saya lahir, saya makan, saya sujud di Indonesia, bahkan saya mati pun mungkin dikubur di tanah Indonesia,” jelasnya.
Oleh karena itu, sisi komitmen kebangsaan ini adalah meninggikan nilai universal di setiap umat pemeluk agama masing-masing. Sehingga ekslusifitasnya bukan keagamaanya, tapi kebangsaannya.
“Itulah moderasi beragama. Jadi moderasi bukan hanya satu agama saja,” sambung pria yang karib disapa Gus Zaman ini.
Kemudian, moderasi beragama ini juga akan meninggikan nilai toleransi antar sesama umat beragama di Indonesia. Di mana masyarakat beragama tertentu diharapkan bisa memberikan penghormatan yang tinggi kepada umat agama lainnya. Harmonisasi antar bangsa yang berbeda-beda agama ini diharapkan bisa tercipta.
“Toleransi. Hormati perbedaan dan beri ruang orang lain untuk berkeyakinan. Kalau ada kelompok orang atau ormas keagamaan apapun tidak memberikan ruang beragama, maka dia intoleran,” terangnya.
Selain itu, Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda Ansor ini juga menjelaskan bahwa di dalam moderasi beragama ini akan menekankan nilai saling menghormati budaya dan kearifan lokal masing-masing.
“Penerimaan tradisi yang tidak bertentangan dengan keyakinan keagamaan,” paparnya. (MIB)