Jumat, 20 September 2024
Jumat, 20 September 2024

Kisah Nabi Hud & Keingkaran Kaum ‘Ad

HOLOPISCOM – Kisah hidup Nabi Hud ‘alaihissalam (AS) terkait erat dengan azab yang menimpa kaum ‘Ad akibat kedurhakaan mereka kepada Allah Subhanahuwata’ala.
Nabi Hud AS merupakan cucu dari Nabi Nuh AS atau keturunan dari Sam bin Nuh yang berasal dari suku ‘Ad. Suku ini hidup di jazirah Arab, di tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut, antara Yaman dan Oman.
Menurut catatan sejarah, kaum ‘Ad merupakan salah satu suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh AS. Kaum ‘Ad juga tidak mengenal Allah Subhanahuwata’ala sebagai Tuhannya, seperti kaum Nabi Nuh AS. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar serta disembah sebagai tuhan.
Kaum ‘Ad hidup sangat makmur. Mereka memiliki peradaban yang tinggi dan unggul dalam bidang pertanian karena air yang melimpah. Mereka juga memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka juga menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah dan mengajak umatnya, kaum ‘Ad, untuk kembali ke jalan yang benar diabadikan Allah Subhanahuwata’ala dalam Alquran surah Hud ayat 50-52. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaum-ku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Kamu hanyalah mengada-ada’.” (QS Hud [11]:50).
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah juga diabadikan oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam surat Asy-Syu’ara ayat 128-135. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
“Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal? Dan apabila kamu menyiksa maka kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Alah dan taatlah kepadaku.” (QS Asy Syu’ara [26]: 128-135)
Dalam Tafsierul Quranil Adziem karya Ibnu Katsir, sebagaimana dikutip Sholahuddin Hamid dalam bukunya, Kisah-Kisah Islami, disebutkan kaum ‘Ad benar-benar tidak mau beriman. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat serta berbuat apa saja yang mereka kehendaki. Sifat takabur kaum ‘Ad sudah demikian hebatnya sehingga tidak dapat diubah oleh siapa pun.
Saking hebatnya sifat ingkar mereka, Allah Subhanahuwata’ala memberikan laknat berupa langit dan awan yang hitam pekat. Melihat keadaan yang begitu ganjil, mereka semua keluar rumah untuk melihat awan itu. Akhirnya mereka berkata, “Itulah awan panjang, menandakan sebentar lagi hujan akan turun untuk menyiram tanah tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak kita.”
Nabi Hud AS lalu berkata kepada mereka, “Itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin samun yang akan menewaskan kamu semua, angin yang penuh dengan siksa yang sepedih-pedihnya.”
Kemudian, angin dahsyat itu berembus luar biasa hebatnya. Binatang ternak mereka yang sedang berkeliaran di padang terbang berhamburan. Yang kecil dan yang besar terbang meninggi ke angkasa.
Allah Subhanahuwata’ala mengabadikan kisah azab terhadap kaum ‘Ad dalam Alquran surah al-Haqqah ayat 6-8. Allah Subhanahuwata’ala Berfirman,
“Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).
Adapun Nabi Hud AS dan pengikut-pengikutnya tetap saja di rumah mereka tanpa merasakan sedikit pun bahaya angin ribut yang dahsyat itu. Setelah peristiwa tersebut, Nabi Hud AS pindah dari negeri kaum ‘Ad karena sudah rusak binasa. Nabi Hud AS dan pengikutnya pindah ke daerah Hadramaut dan tinggal di sana hingga wafat.
Sumber: Republika

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Rekomendasi

berita Lainnya
Related

MUI Kritik Ustadz Adi Hidayat soal Penyair sama dengan Pemusik

Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) bidang Seni, Budaya, dan Peradaban Islam Ustadz Jeje Zaenudin memberikan tanggapan menjawab pertanyaan awak media terkait kasus tersebut. Ia mengaku sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat tersebut.

Kumpulan Doa Pilihan di 28 Ramadan 1445 H

Jika merujuk pada perhitungan Ramadan 1445 H versi pemerintah Indonesia, maka hari ini Senin 8 April 2024 adalah Ramadan ke 28. Artinya, malam nanti adalah malam ganjil terakhir dalam bulan suci Ramadan tahun ini.

Quraish Shihab Jelaskan Lailatul Qadr Akan Datangi Mereka yang Siap Saja

Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa malam lailatur qadr ternyata bukan untuk setiap orang, sekalipun ia adalah muslim yang sedang atau tidak dalam keadaan berpuasa Ramadan.
Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

Berita Terbaru