HOLOPISCOM – Setiap Nabi yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah, pasti memiliki tantangannya masing-masing, seperti halnya yang dialami oleh Nabi Nuh a’laihiassalam (AS).
Dalam rentang usia Nabi Nuh AS yang mencapai 950 tahun, ternyata tak banyak orang yang menerima dakwah beliau. Hanya 80 orang saja yang akhirnya menjadi pengikut Nabi Nuh AS.
Di zaman beliau, banyak kaumnya yang menyembah berhala. Mereka memanggil berhala-berhala itu dengan berbagai nama, seperti Wadda, Suwaa’, dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya’uq, atau Nasr.
Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nasr.” (QS Nuh: 23).
Pada kondisi seperti ini, Nabi Nuh AS mendakwahi kaumnya dengan ulet dan sabar. Beliau juga berdakwah dengan penyampaian kata yang lembut, serta mencurahkan kepeduliannya kepada mereka.
Nabi Nuh AS berdakwah di siang dan malam hari. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Jika beliau melihat peluang dakwah di malam hari, maka beliau melakukan dakwah di malam hari itu juga. Dan bila ada peluang dakwah secara terang-terangan, maka beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan juga.
Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan. Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam. (QS Nuh: 5-9).
Nabi Nuh AS memiliki cara tersendiri dalam dakwahnya. Beliau berdakwah dengan menggiring nalar orang-orang untuk melihat kehidupan, memikirkan kejadian yang ada di alam raya, serta hal-hal lainnya yang saling berkaitan, sebagaimana yang tertera dalan QS Nuh ayat 14-20 berikut ini:
Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan (kejadian). Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis? Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur), kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas. (QS. Nuh: 14-20).
Sedikit dari mereka yang akhirnya membenarkan risalah beliau. Mereka terdiri dari kaum yang lemah dan tak berpunya. Sedangkan yang lainnya, para elit yang memiliki kekuasaan dan jabatan, tidak mau membenarkan risalah beliau. Mereka tidak hanya menolak dakwah Nabi Nuh AS. Mereka juga mengejek dan merendahkan martabat Nabi Nuh AS. Maka dari itu, Allah SWT menutup hatinya karena mereka tidak memaksimalkan potensi pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran mereka untuk mendapatkan hidayah.
Nabi Nuh AS kemudian mengingatkan para elit agar mereka meninggalkan berhala. Jika tidak, maka akan ada banjir besar yang datang melanda mereka sebagai hukuman dari Allah SWT.
Lalu para elit itu menjawab, “Nuh kan manusia biasa, sama seperti kami. Mana mungkin dia bisa mengetahui sesuatu sebelum terjadi,”
Nabi Nuh AS tetap bersabar. Beliau mengatakan bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui kapan banjir itu datang.
Akhirnya, beliau bersama 80 pengikutnya bergegas membuat kapal. Berdasarkan petunjuk Allah SWT, semua yang berada di kapal itu bisa selamat dari banjir besar.
Suatu hari, saat Nabi Nuh AS dan beberapa kaumnya yang taat sudah selesai membuat kapal, petunjuk Allah SWT datang lagi.
Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan (muatkan pula) orang yang beriman.” Ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit. (QS Hud: 40).
Suatu ketika, di Negeri Nabi Nuh AS turun hujan lebat. Hujan tersebut menyebabkan banjir besar. Orang-orang yang ingkar terhadap dakwah Nabi Nuh AS akhirnya hanyut bersama banjir, termasuk putra Nabi Nuh AS, Qan’an.
Dari jauh, tampak Qan’an berusaha menyelamatkan diri ketika banjir mulai datang. Nabi Nuh AS masih mengajak anaknya agar mau naik ke kapal. Namun sayang sekali, Qan’an bersikap sombong. Ia tak mau naik ke kapal. Ia memilih berenang dan naik ke gunung. Dan meskipun sudah naik ke gunung, ia tetap meninggal karena terseret banjir.
Keesokan paginya, hujan berhenti dan langit cerah kembali. Dan kapal Nabi Nuh AS berlabuh di wilayah Armenia. Nabi Nuh AS beserta kaumnya mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan mereka memulai kehidupan baru disana. (mizanamanah.or.id)
Temukan kami di Google News. Jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.