AMMAN, HOLOPIS.COM – Pangeran Hamzah bin Hussein adalah putra sulung mendiang Raja Hussein dan istri kesayangannya, Ratu Noor. Dia adalah lulusan Sekolah Harrow di Inggris dan Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst. Dia juga kuliah di Universitas Harvard AS dan pernah bertugas di angkatan bersenjata Yordania.
Dia dinobatkan sebagai putra mahkota Yordania pada 1999 dan merupakan anak favorit Raja Hussein, yang sering menyebutnya di depan umum sebagai “kesenangan bagi mataku”.
Akan tetapi dia dianggap masih terlalu muda dan belum berpengalaman untuk diangkat menjadi penerus pada saat kematian Raja Hussein.
Kakak tirinya, Abdullah, naik tahta dan mencopot gelar putra mahkota dari Hamzah pada tahun 2004, kemudian memberikannya kepada putranya sendiri.
Langkah itu dipandang sebagai pukulan bagi Ratu Noor, yang berharap putra tertuanya menjadi raja.
Ketegangan di dalam rumah tangga kerajaan telah cukup lama terlihat, kata jurnalis di Yordania Rana Sweis kepada BBC.
“Sang mantan putra mahkota juga dipandang populer. Dia sangat mirip dengan ayahnya, Raja Hussein, dan dia juga sangat populer di kalangan suku-suku setempat,” katanya.


Anggota lain dari keluarga kerajaan turun tangan dalam percekcokan di Twitter pada Minggu (4/4) malam, menyerang Ratu Noor dan menuduh peristiwa ini adalah perselisihan tentang hak suksesi.
“Grow up Boys,” tulis Putri Firyal, mantan istri paman dari Hussein dan Abdullah, Pangeran Muhammad bin Talal.
https://twitter.com/FiryalOfJordan/status/1378718429381849095
Bagaimanapun beberapa pengamat mengatakan kritik pangeran terhadap korupsi di kerajaan Yordania menyentuh hati banyak orang di negara itu.
“Apa yang dikatakan Pangeran Hamzah berulang kali terdengar di rumah-rumah setiap warga Yordania,” kata Ahmad Hasan al Zoubi, seorang kolumnis terkemuka.
Yordania memiliki sedikit sumber daya alam dan ekonominya sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Ia juga telah menyerap gelombang pengungsi dari perang saudara di negara tetangga, Suriah.
Namun, penangkapan politik di tingkat tinggi jarang terjadi. Badan intelijen negara itu telah mendapatkan kekuatan ekstra sejak pandemi dimulai, dan menuai kritik dari kelompok hak asasi.
Selain Pangeran Hussein, orang lain yang ditahan pada hari Sabtu (3/4) lalu termasuk Bassim Awadallah, mantan menteri keuangan, dan Syarif Hassan Bin Zaid, seorang anggota keluarga kerajaan.
Awadallah, seorang ekonom yang pernah belajar di AS, telah menjadi orang kepercayaan raja dan kekuatan berpengaruh dalam reformasi ekonomi Yordania.
Dia kerap bentrok dengan birokrasi pemerintah yang menolak rencananya, kata pengamat.
Tidak ada anggota angkatan bersenjata yang dilaporkan berada di antara mereka yang ditahan atas dugaan makar tersebut.