JAKARTA, HOLOPIS.COM – Ingatkah kamu pada pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918 silam? Diperkirakan 100 juta orang meninggal dunia, menyumbang sebesar 5 persen dari total populasi dunia dan lebih dari setengah miliar orang terinfeksi virus ini. Namun, fakta paling mengejutkan adalah penyakit ini menyerang dan merenggut nyawa orang dewasa muda yang sehat, dibandingkan dengan lansia dan anak-anak yang lebih rentan.
Flu Spanyol menyerang dalam cara yang belum pernah disaksikan sebelumnya terkait dengan wabah flu, misalnya jika dibandingkan dengan pandemi 1889-1890 yang membuat lebih satu juta orang meninggal di dunia. Korban terparah pada kelompok umur 20 sampai 40 tahun.
Ketika flu Spanyol pertama kali muncul pada awal Maret 1918, gejala flu ini memiliki semua ciri khas flu musiman, meskipun jenisnya sangat menular dan ganas. Penyakit ini juga lebih menyerang negara-negara miskin. Kajian tahun 2020 yang dilakukan seorang peneliti Harvard University, Frank Barro memperkirakan sekitar 0,5% penduduk AS meninggal, sementara di India 5,2% penduduknya meninggal.
Menurut Layanan Kesehatan Masyarakat pada zaman kolonial menghimpun data pandemi Flu Spanyol 1918 hingga 1919 di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), virus ini dinilai sangat berbahaya.
Saat itu, salah satu anggota BGD ialah pendiri Palang Merah Indonesia, Dr. Sardjito. BGD melalukan survei terhadap 83 praktisi medis di seluruh wilayah Indonesia. Sardjito
dan tim juga menganalisis data kematian terdaftar yang dilaporkan tiap kecamatan.
Dikutip dari laman situs The Conversation, berdasarkan laporan BDG, laporan tersebut menunjukkan bahwa kasus Flu Spanyol pertama kali dilaporkan pada Juli 1918 namun baru terdeteksi pada September 1918. Sementara puncaknya pada akhir November 1918.
Laporan selanjutnya menunjukkan bahwa tingkat kematian menurun cepat usai November 1918 tetapi ada kemungkinan virus kembali muncul di tingkat daerah.
Selain itu, dampak pandemi tersebut tersebar tidak merata di berbagai kecamatan di Jawa. Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kota-kota di Jawa Barat saat itu menjadi daerah yang paling terdampak.
Tingkat kematian Flu Spanyol di Indonesia tahun 1918 menurut data menyentuh persentase 35 persen. Dengan menggunakan angka kematian di atas rata-rata mingguan dan data jumlah populasi, angka kematian diperkirakan dari September 1918 hingga September 1919 berjumlah 906 ribu di Pulau Jawa.
Data tersebut juga disandingkan dengan data kualitatif yang menunjukkan persentase kematian yang sama. Artinya, total kematian sekitar 1,3 juta atau 2,5 persen dari jumlah populasi Indonesia waktu itu yakni 53 juta orang.
Saat pandemi Flu Spanyol berlangsung, masyarakat menilai bahwa pemerintah tidak efektif dalam mengendalikan pandemi karena jumlah kematian terus naik. Flu Spanyol di wilayah Indonesia sendiri baru mereda setelah satu tahun.
JAKARTA – Rumah produksi Anami Films mempersembahkan film horor terbaru berjudul ‘Bayang-Bayang Anak Jahanam’. Film ini dijadwalkan…
Natal adalah waktu yang penuh keceriaan, dan salah satu cara untuk merayakannya adalah dengan menyajikan…
Untuk merayakan malam tahun baru tahun ini, Sony hadir dengan solusi yang tepat untuk mengakomodasi…
Israel telah melakukan perintah penutupan terhadap salah satu rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di…
Setelah menghadiri KTT D-8 di Kairo, Mesir, Presiden Prabowo Subianto tiba kembali di Indonesia pada…
Salah satu pilihan yang paling disukai adalah parcel kue kering. Sobat Holopis bisa menyiapkan berbagai…