JAKARTA, HOLOPIS.COM – Seperti gaya Hollywood menyasar ke film festival Cannes. Begitu kesan saat menonton serial Emily in Paris yang memberikan pengalaman menggelitik gadis Amerika Serikat yang mencoba bekerja di Paris, Prancis.
Karakter Emily yang bersemangat, banyak ide, dan penuh ‘warna-warni’ sangat luwes dimainkan Lilly Collins.
Film Emily in Paris bercerita tentang pengalaman unik Emily, gadis asal Chicago, yang menjalani karier di Paris. Emily in Paris bisa disebut versi sejenis dengan film the Devil Wears Prada.
Lily Collins memerankan karakter titular dalam series ini. Emily seorang workaholic Chicago yang diutus untuk bekerja di Paris oleh atasannya. Walau sangat optimis ketika menerima permintaan sang atasan, ia harus dihadapkan dengan perbedaan kultur antara Paris dan Chicago yang tak seindah bayangannya, terutama ketika Emily harus menghadapi bos barunya yang menyebalkan dan kisah asmaranya yang terguncang.
Emily in Paris dikemas dalam 10 episode yang masing-masing berdurasi kurang lebih 30 menit. Sehingga penonton tidak akan merasa kelelahan untuk menyelesaikan series ini dalam sehari.
Emily in Paris menampilkan tubrukan kultur sebagai premis utamanya. Premis tersebut diperlihatkan dari sudut pandang Emily yang harus beradaptasi dengan budaya Paris. Perbedaan budaya inilah yang membuat serial ini terasa segar dan menarik untuk diikuti.
Penonton akan melihat bagaimana Emily mencoba untuk memahami cara kerja sosial di Paris, yang ternyata berbeda jauh dibanding dengan apa yang ia bayangkan kala di Chicago. Dari sekian banyak hal yang berkaitan tersebut, melihatnya mencoba beradaptasi dengan kultur kerja di tempat barunya adalah bagian paling menarik.
Selain itu, representasi perbedaan budaya tersebut juga menjadi bahan komedi tersendiri. Entah melalui candaan kerja hingga asmara, komedi dalam serial ini memberikan kesan lucu yang unik dan mampu membuat betah penontonnya.
Emily in Paris sejatinya adalah series dengan tema drama. Untuk meningkatkan dramatisasinya, dihadirkan pula romansa yang memberikan lika-liku dalam konflik Emily. Akan tetapi, drama romansa yang diusung dalam Emily in Paris punya inti yang generik karena sudah banyak ditemui oleh tontonan bertema serupa, seperti Sex in the City dan Gossip Girl. Sehingga bila sudah menonton salah satu atau kedua serial tersebut, menikmati romansa dari Emily dan para pria di series ini tidak memberikan rasa yang baru.
Dari sekian banyak cast yang hadir dalam Emily in Paris, mungkin penonton hanya akan mengenal Lily Collins yang memang sudah terkenal di industri hiburan Hollywood. Berperan sebagai karakter utama sekaligus produser dalam series ini, performa akting Lily Collins jauh melebihi semua aktor dan aktris di dalamnya. Dengan screen time yang lebih banyak dan karakternya yang benar-benar dikembangkan dalam setiap episodenya, akting meyakinkan yang dilakoni membuat karakter yang ia perankan menjadi terasa hidup.
Walaupun begitu, berbagai supporting cast lainnya juga patut diacungi jempol. Di antaranya yang harus diberi apresiasi adalah Phillipine Leroy-Beaulieu, aktris senior Prancis yang memberikan warna lebih dalam drama ini. Ia juga yang menjadi ikon penting dalam tubrukan kultur, sehingga kehadirannya juga terbilang penting
Seperti halnya poin drama romansa, segi teknis dari Emily in Paris terasa kurang spesial. Salah satunya adalah segi sinematografi, yang seakan tampil fancy walau akhirnya berakhir biasa layaknya kebanyakan tontonan drama generik.
Scoring-nya pun juga bernasib sama. Walau tampil dengan alunan musik mellow ala Paris, berbagai efek suara yang dimunculkan tidak berpengaruh banyak untuk membangun aspek dramatik dalam serial ini, terutama di berbagai momen penting yang dihadirkan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keindahan kota Paris dapat direpresentasikan dengan baik di sini. Apabila ingin mencari tontonan yang bakal memanjakan mata dengan keindahan kota di luar negeri, Emily in Paris akan membuat kita ingin segera berlibur ke sana.
Emily in Paris adalah tontonan yang oke ketika membahas mengenai cara seseorang menghadapi tubrukan budaya dan dibalut dengan keindahan Paris yang pasti memanjakan mata. Akan tetapi, muatan drama romansa cheesy dan teknis kurang spesial membuatnya terasa tidak jauh beda dengan tontonan drama kebanyakan.
Follow channel WhatsApp Holopis.com
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber dengan link Holopis.com.
Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.