Jumat, 20 September 2024
Jumat, 20 September 2024
NewsEkobizStok 2021 Surplus, PBNU Tolak Kebijakan Indonesia-Thailand Impor 1 Juta Ton Beras...

Stok 2021 Surplus, PBNU Tolak Kebijakan Indonesia-Thailand Impor 1 Juta Ton Beras Putih

Holopis.com Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menegaskan bahwa pihaknya sangat menolak keras rencana pemerintah Indonesia yang akan melakukan impor 1 juta ton beras putih dari Thailand.
“Saya menolak keras kesepakatan impor ini,” kata Said Aqil di PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (19/3/2021).
Alasan mengapa pihaknya menolak rencana pemerintah mengimpor beras dari Thailand adalah stok beras di dalam negeri masih mengalami surplus.
“Pertama, kebanyakan petani 99 persen warga NU. Saya telah dihubungi petani Karawang dan Indramayu, bahwa stok beras masih cukup dan sangat banyak,” ujarnya.
Bahkan kata kiai Said Aqil, pemberitaan wacana kebijakan impor ini pun langsung berdampak kepada para petani Indonesia, walaupun rencana tersebut belum direalisasikan.
“Begitu ada berita pemerintah Indonesia mau MoU (memorandum of underatsanding) dengan pemerintah Thailand impor beras, langsung harga beras turun antara 300-350 (rupiah). Langsung para petani nangis akibat berita yang belum terjadi, padahal impornya belum,” jelasnya.
“Para tengkulak juga ragu membeli beras dari para petani, (mereka memilih) menunggu apa yang akan terjadi, ini jelas merugikan para petani,” imbuhnya.
Selain itu, kiai Said Aqil juga mengaku sudah berkomunikasi langsung dengan kadernya di Kementerian Pertanian. Dan dari hasil komunikasi itu, ternyata mereka satu suara.
“Saya kontak langsung dengan wakil menteri pertanian, mas Harvick Hasnul Qolbi yang juga bendahara PBNU. Beliau pun setuju dengan sikap saya, menolak MoU ini,” paparnya.
Ia juga mengaku mendapatkan data terbaru dari kadernya itu tentang kondisi rill stok beras dalam negeri. Yang ternyata benar mengalami surplus.
“Karena dalam data Kementan ketersediaan beras 7,38 juta ton, sementara perkiraan dalam negeri tahun 2021 sebesar 17,51 juta ton, sehingga jumlahnya menjadi 24,9 juta ton. Adapun perkiraan kebutuhan yaitu 12,33 juta ton, sehingga muncullah angka surplus 12,56 juta ton di tahun 2021 ini,” tandasnya.
Akibatnya, kiai Said Aqil pun mempertanyakan pemerintah pusat tentang latar belakang wacana kebijakan tersebut.
“Artinya surplus, Ngapain impor? Ini kebijakan siapa ini, saya bertanda tanya besar untuk apa, untuk kepentingan siapa dan kenapa ini harus dilaksanakan, untuk kepentingan tertentu lah ini tujuannya, saya tahu lah,” cetusnya.
Oleh karena itu, ia pun meminta agar pemerintah Indonesia lebih memilih untuk melek melihat kondisi para petani Indonesia.
“Tolong nasib petani harus didahulukan, petani sebagai tulang punggung ekonomi bangsa ini harus diprioritaskan. Alih-alih mendukung justru malah akan menghancurkan nasib mereka,” tegas kiai Said Aqil.
Perbaiki kualitas data lintas kementerian
Selain persoalan kebijakan impor beras, kiai Said Aqil juga mengingatkan kepada pemerintah pusat untuk memperbaiki kualitas data untuk penunjang ketahanan pangan dalam negeri.
“Kesesuaian data antar lembaga pemerintah harus segera disinkronkan. BPS harus berperan aktif, sehingga Bulog, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian memiliki data yang sama dalam menyimpan atau sebagai khazanah data ketahanan pangan,” tuturnya. [MIB]

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Tambah Sajian Kuliner, PT JMRB Resmi Hadirkan Gerai Eats and Co di Travoy Hub

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Sebagai bentuk mendongkrak kebutuhan pengunjung dari...

Australia Hentikan Penyelidikan Antidumping Produk Nanas Indonesia

HOLOPIS.COM, JAKARTA - Pemerintah Australia memutuskan untuk menghentikan penyelidikan...

IHSG Melesat Usai BI dan The Fed Turunkan Suku Bunga

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Sesi I hari ini, Kamis (19/9), melesat hingga berhasil tembus level resistance 7.900.

SRBI Makin Laku, Kepemilikannya Capai Rp 918,42 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat kepemilikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sampai dengan tanggal 17 September 2024 telah mencapai Rp 918,42 triliun.